Cara Berinteraksi dengan Teman Guru, Staf dan Siswa yang Berbeda Generasi
Guru dan Staf Sekolah |
Berikut ini saya coba rangkum tentang pembagian generasi dan cara berinteraksi dengan guru, staf dan siswa di lingkungan sekolah yang berbeda generasi. Rangkuman saya ambil dari materi pembicara dan beberapa artikel di internet. Sumber-sumber yang saya ambil berdasarkan konteks Amerika, tetapi akan saya coba sesuaikan dengan konteks Indonesia.
Pembagian Generasi
Pengertian generasi yang mudah dipahami adalah sebuah golongan/grup yang mempunyai kesamaan tahun lahir, umur, tempat dan kejadian penting dalam tahap perkembangan hidup mereka. Anggota generasi berbagi pengalaman yang mempengaruhi pemikiran, nilai-nilai, perilaku dan reaksi. Tentu saja setiap individu membawa atau mempunyai kepribadian, pengaruh dan latar belakang sesuai dengan ras, kelas sosial, jenis kelamin, wilayah, keluarga dan agama, tetapi secara umum manusia yang lahir pada periode waktu tertentu mempunyai kesamaan sifat-sifat.
Pembagian generasi dan sifat-sifatnya di Amerika tentu saja akan berbeda dengan pembagian generasi dan sifat-sifatnya di Indonesia, oleh karena itu saya akan coba merangkum secara umum dan menambahkan dalam konteks Indonesia. Ada sedikit perbedaan periode tahun yang dikemukakan oleh beberapa penulis tentang pembagian generasi di Amerika, tetapi saya akan menulis yang lebih banyak digunakan dalam berbagai tulisan. Berikut ini adalah pembagian generasi di Amerika, yaitu Generasi Tradisional (Traditionalists) yang lahir tahun 1922 - 1946, Generasi Ledakan Bayi (Baby Boomers) yang lahir tahun 1947 - 1964, Generasi X yang lahir tahun 1965 - 1981, Generasi Y (Millennials) yang lahir tahun 1982 - 2000 dan Generasi Z yang lahir tahun 2001 - 2016.
Generasi Tradisional
Generasi tradisional bercirikan mengajar atau bekerja di satu sekolah dalam jangka waktu lama, mengalami masa perang, kesulitan ekonomi dan teknologi belum berkembang. Sedangkan sifat-sifat generasi ini adalah loyal pada pekerjaan, patuh aturan, tidak peduli dengan penghargaan, tidak suka konflik dan pekerja keras. Mereka mengajar atau bekerja dalam jangka waktu yang lama pada satu sekolah dan dekat dari rumah karena belum banyak kendaraan yang bisa digunakan untuk berpindah tempat secara mudah dan cepat. Mereka patuh terhadap aturan sekolah dan norma sosial, menggunakan bahasa formal, suka berjabat tangan, suka memberikan tulisan atau ucapan terima kasih, peduli dengan sopan santun (adat) tradisional, suka dipanggil dengan sebutan Pak (Mr./Sir) dan Bu (Mrs./Ma'am). Mereka adalah pekerja keras yang lebih peduli pada pengalaman dan melakukan pekerjaan dengan baik dari pada penghargaan atau promosi jabatan. Mereka lebih suka menyelesaikan masalah dengan tetangga, rekan kerja dan orang lain dengan kekeluargaan, membuat janjian untuk berkunjung ke rumah dan duduk bersama mencari solusi atas masalah yang terjadi. Mereka berintegritas, tepat waktu dan bertanggung jawab yang suka membuat kesan baik.
Dalam bayangan saya mungkin ini adalah generasi simbah saya, generasi yang lahir pada jaman perang kemerdekaan antara tahun 1920 - 1950 atau guru yang mengajar pada jaman penjajahan Belanda dan Jepang sampai orde lama.
Generasi Ledakan Bayi
Generasi Ledakan Bayi mempunyai sifat-sifat optimis, orientasi pada tim, orientasi pada pelayanan dan peduli dengan hubungan baik. Mereka mempunyai optimisme akan kehidupan yang lebih baik karena menyaksikan tentang persamaan hak antara kulit putih dan kulit hitam dalam pendidikan, pendaratan manusia di bulan, persamaan hak wanita dan pria dan persamaan hak warga negara. Mereka bekerja sama antar guru dan dengan masyarakat untuk membuat acara bersama seperti Parent Teacher Assosiation, Key Club, block parties, happy hours dan Secret Santa, menulis editorial dan mendorong perubahan secara menyeluruh tentang pendidikan di Amerika. Mereka membantu dan melayani masyarakat, terlibat dalam penggalangan dana dan membantu di tempat parkir sekolah. Mereka membuat hubungan baik dengan rekan kerja dengan menyapa di lorong sekolah, pesta bersama, membuat acara untuk guru yang akan pensiun dan mengadakan peringatan hari-hari besar.
Dalam konteks Indonesia saya membayangkan merupakan generasi bapak saya, yang lahir antara tahun 1951 - 1966. Mereka adalah guru-guru yang mengajar pada awal orde baru sampai sekarang, walaupun sudah banyak yang pensiun.
Generasi X
Sifat-sifat Generasi X adalah informal, casual, tangguh dan seimbang antara bekerja dan keluarga. Mereka menyukai pakaian yang santai (bukan seragam), tidak suka dengan aturan yang ketat, hubungan antara atasan dan bawahan tidak kaku. Mereka sanggup melakukan sesuatu yang mereka katakan bisa dan senang membantu teman kerja untuk mewujudkan tujuan sekolah. Mereka menjaga keseimbangan antara bekerja, bersama keluarga dan teman.
Saya membayangkan inilah generasi saya, kami yang lahir tahun 1967 - 1981, walaupun saya lahir di akhir generasi ini. Pada saat ini mereka adalah guru-guru senior dan kepala sekolah.
Generasi Y
Generasi Y atau milenial memiliki sifat-sifat percaya diri, bisa menyesuaikan antara supervisi dan jadwal yang terstruktur, berfikir global, pikiran terbuka, bisa melakukan beberapa tugas sekaligus dan kurang siap menghadapi masalah sulit. Mereka percaya diri bisa melakukan banyak hal dengan dukungan teman dan teknologi. Mereka bisa menyesuaikan dengan banyak kegiatan yang terjadwal dan pengawasan dari supervisor. Mereka berada pada jaman yang berubah dengan cepat sejalan dengan perkembangan teknologi sehingga bisa berkomunikasi global dan bisa menerima berbagai perbedaan. Mereka bisa mengerjakan beberapa kegiatan dalam satu waktu seperti membuat RPP sambil mendengarkan musik dan bekerja sambil melanjutkan studi.
Dalam bayangan saya ini adalah guru generasi setelah kami, guru-guru muda yang dilahirkan pada tahun 1982 - 2000.
Generasi Z
Generasi Z adalah mereka yang saat ini merupakan siswa dan mahasiswa. Mereka adalah yang lahir pada tahun 2001 - 2016.
Berikut ini adalah tabel pembagian generasi dan sifat-sifatnya.
Nama Generasi
|
Traditionalist
|
Baby Boom
|
X
|
Y (Millennial)
|
Z
|
Tahun Lahir
|
1922-1946
|
1947-1964
|
1965-1980
|
1981-2000
|
2001-2016
|
Nilai-nilai
|
Menghormati
atasan
Sukarela
Patuh pada aturan
Mengikuti
adat budaya
|
Optimis
Bekerja
keras
|
Mandiri
Informal
Skeptis
|
Realistis
Kemauan
diri
Fokus pada
tujuan
|
Unik
Autentik
Kreativitas
Berbagi
|
Etos Kerja
|
Disiplin
Pekerja
keras
Loyal
|
Berpusat
pada diri sendiri
Sesuai
arahan atasan
|
Orientasi
pada tugas
Mandiri
Keseimbangan
hidup
|
Multikerja
Suka tantangan
Keinginan
yang kuat
|
Fleksibel
Kemandirian
Kebebasan
diri
|
Pilihan Komunikasi
|
Tertulis
Formal
Tatap muka
|
Tatap muka
Telepon
|
Tatap muka
Email
SMS
|
SMS
Media
sosial
|
Media
sosial
|
Penggunaan Teknologi dan Sumber Informasi
|
Radio
|
Televisi
|
Komputer
|
Laptop
Tablet
Smartphone
|
Smartphone
Laptop dan
tablet jadi satu
|
Pendekatan Pembelajaran dan Kerja
|
Bekerja
untuk hidup
|
Kemapanan
kerja
|
Keseimbangan
antara kerja dan keluarga
|
Bebas dan
fleksibel
|
Bebas dan fleksibel
|
Pilihan Umpan Balik
|
Tanpa
umpan balik berarti bagus
|
Tidak suka
umpan balik yang tajam
|
Langsung
|
Cepat Banyak
umpan balik
|
Segera
Sedikit umpan balik
|
Stereotip
|
Pakaian
jadul
Patuh
aturan
Praktis
|
Ambisius
Optimis
|
Pengambil
resiko
Berpusat
pada diri sendiri
|
Tergantung
teknologi
Kutu
loncat
|
Multikerja
Konsentrasi
mudah terganggu
Apatis
|
Berikut adalah cara berinteraksi dengan teman kerja ataupun siswa yang berbeda generasi agar berjalan harmoni:
Saling Menghormati
Guru yang muda menghormati yang senior, sedangkan yang senior mengapresiasi potensi dan semangat yang muda.
Fleksibel dan Akomodatif
Menyesuaikan diri dengan sifat dan nilai-nilai yang dimiliki teman kerja dan mengakomodasi kebutuhan dan pilihan mereka. Misalnya, ketika memberitahu tentang pengumuman kegiatan sekolah untuk guru senior selain diemail atau pesan lewat WA juga ditemui secara langsung.
Hindari Stereotip
Hindari menilai teman kerja berdasarkan usia atau generasinya karena setiap individu memiliki sifat individu yang mungkin berbeda dengan generasinya. Misalnya, guru muda belum tentu kurang terampil dan belum tentu guru senior kurang menguasai teknologi.
Saling Belajar
Sebagai contoh biasanya guru muda lebih mudah menguasai teknologi bisa membantu guru senior tentang teknologi baru, sedangkan guru senior bisa membantu dalam manajemen kelas karena mereka sudah banyak pengalaman mengelola kelas.
Lihat Persamaan dari pada Perbedaan
Dengan melihat persamaan dari pada perbedaan akan lebih nyaman dan mengurangi konflik. Hampir semua guru suka dengan penghargaan akan kinerjanya, saling menghormati dan beban mengajar/kerja yang hampir sama.
Jangan Menganggap Semua Mempunyai Kesiapan dan Pemahaman yang Sama
Sebelum melaksanakan sebuah tugas harus ada penjelasan yang mudah dipahami tentang tugas tersebut, hindari singkatan atau akronim, batas waktu tugas dan peran masing-masing.
Kenali Kekuatan
Jika memberikan tugas sebisa mungkin disesuaikan dengan keahlian dan kekuatannya. Misalnya, guru yang hobi fotografi diberi tugas bagian dokumentasi saat kegiatan wisuda.
Bertanya
Jika ingin mengetahui atau belum tahu tentang suatu hal lebih baik bertanya.
Bangun Sikap Saling Percaya
Dengan saling menghormati dan menghargai sifat, kebutuhan dan kinerja akan menumbuhkan sifat saling percaya antar guru/staf.
Sumber Bacaan:
The Multigenerational Workplace Chapter 1
How to Thrive in a Multi-Generational Workplace
A Guide to Managing Multiple Generations in the Workplace
Untuk informasi lebih lanjut tentang hasil riset generasi milenial di Indonesia bisa membaca artikel di bawah ini:
8 Perilaku Milenial Indonesia, Cerdas, Dompet Tipis, hingga Cuek dengan Politik
Mengenal Generasi Millennial
Saling Menghormati
Guru yang muda menghormati yang senior, sedangkan yang senior mengapresiasi potensi dan semangat yang muda.
Fleksibel dan Akomodatif
Menyesuaikan diri dengan sifat dan nilai-nilai yang dimiliki teman kerja dan mengakomodasi kebutuhan dan pilihan mereka. Misalnya, ketika memberitahu tentang pengumuman kegiatan sekolah untuk guru senior selain diemail atau pesan lewat WA juga ditemui secara langsung.
Hindari Stereotip
Hindari menilai teman kerja berdasarkan usia atau generasinya karena setiap individu memiliki sifat individu yang mungkin berbeda dengan generasinya. Misalnya, guru muda belum tentu kurang terampil dan belum tentu guru senior kurang menguasai teknologi.
Saling Belajar
Sebagai contoh biasanya guru muda lebih mudah menguasai teknologi bisa membantu guru senior tentang teknologi baru, sedangkan guru senior bisa membantu dalam manajemen kelas karena mereka sudah banyak pengalaman mengelola kelas.
Lihat Persamaan dari pada Perbedaan
Dengan melihat persamaan dari pada perbedaan akan lebih nyaman dan mengurangi konflik. Hampir semua guru suka dengan penghargaan akan kinerjanya, saling menghormati dan beban mengajar/kerja yang hampir sama.
Jangan Menganggap Semua Mempunyai Kesiapan dan Pemahaman yang Sama
Sebelum melaksanakan sebuah tugas harus ada penjelasan yang mudah dipahami tentang tugas tersebut, hindari singkatan atau akronim, batas waktu tugas dan peran masing-masing.
Kenali Kekuatan
Jika memberikan tugas sebisa mungkin disesuaikan dengan keahlian dan kekuatannya. Misalnya, guru yang hobi fotografi diberi tugas bagian dokumentasi saat kegiatan wisuda.
Bertanya
Jika ingin mengetahui atau belum tahu tentang suatu hal lebih baik bertanya.
Bangun Sikap Saling Percaya
Dengan saling menghormati dan menghargai sifat, kebutuhan dan kinerja akan menumbuhkan sifat saling percaya antar guru/staf.
Sumber Bacaan:
The Multigenerational Workplace Chapter 1
How to Thrive in a Multi-Generational Workplace
A Guide to Managing Multiple Generations in the Workplace
Untuk informasi lebih lanjut tentang hasil riset generasi milenial di Indonesia bisa membaca artikel di bawah ini:
8 Perilaku Milenial Indonesia, Cerdas, Dompet Tipis, hingga Cuek dengan Politik
Mengenal Generasi Millennial
0 comments:
Posting Komentar