|
yesfive.net |
Anak
berkebutuhan khusus (ABK) dengan masalah perilaku (behavior problem) banyak
ditemui di sekolah Amerika. ABK dengan masalah perilaku bisa juga mengalami
hambatan belajar. Hal ini bisa terjadi karena ABK dengan masalah perilaku
sering meninggalkan kelas atau mudah terganggu emosinya sehingga ketinggalan
pelajaran atau terjadi sebaliknya karena mereka mempunyai hambatan belajar
sehingga menyebabkan atau mempengaruhi emosi dan masalah perilaku.
Berikut
adalah pengalaman saya ketika mendampingi dan membantu ABK dengan masalah
perilaku dan ada juga yang sekaligus mengalami hambatan belajar.
ABK dengan
Masalah Perilaku
ABK dengan
masalah perilaku ditandai dengan mudah tersinggung atau marah hanya dengan
sedikit gangguan baik dari dalam diri anak tersebut maupun dari luar atau
dengan kata lain kesulitan mengelola emosi. Gangguan dari dalam bisa berupa
rasa tidak aman, tidak suka dengan orang lain (teman, guru), merasa tidak mampu
mengerjakan tugas atau ujian, dan sebagainya. Sedangkan gangguan dari luar bisa
berupa ejekan teman, tersenggol teman saat bermain, kalah dalam permainan,
tidak bisa mengerjakan tugas atau tes, ditegur guru, dan sebagainya. Ketika
marah, anak berkata kasar baik kepada teman atau guru, tidak mau mengerjakan
tugas, lari dari kelas, merusak benda-benda di sekitar, berusaha melukai teman
atau guru, berkelahi, dan sebagainya. Masalah perilaku ini sering terjadi, bahkan
ada yang hampir setiap hari. Penyebab terjadinya masalah perilaku kebanyakan
karena sering dikasari oleh orang dewasa khususnya di rumah dan ditinggal salah
satu atau kedua orang tua ketika masih kecil (cerai, tidak tanggung jawab,
meninggal) sehingga dirawat kakek-nenek atau orang lain.
Membuat
Hubungan yang Baik
Hal pertama
yang saya lakukan ketika mendampingi mereka adalah membuat hubungan pribadi
yang baik. Saya mencoba mengenali kesukaannya, menyapa di manapun bertemu
sambil tersenyum dan melakukan gerakan yang disukai (tos, high five, menepuk
pundak), menanyakan keadaan, menanyakan kegiatan yang dilakukan saat akhir pekan,
bercerita hobi, dan sebagainya. Bahkan ada anak yang suka dipijat punggungnya
ketika mulai frustasi mengerjakan tugas agar rileks dan tidak jadi marah. Ada
anak yang suka bermain kertas lipat saat istirahat. Ada juga anak yang mengajari
saya cara pengucapan kata-kata yang benar sampai kata-kata slang.
Mendengarkan
Jika Mereka Ingin Bercerita atau Menginginkan Sesuatu
Mendengarkan
secara aktif ketika mereka ingin menceritakan sesuatu, baik kejadian atau
kegiatan yang dialami atau emosi yang dirasakan dan ketika menginginkan sesuatu.
Saya mencoba mengulangi dengan bahasa saya untuk memastikan saya memahami apa
yang mereka ceritakan dan saya betul-betul mendengarkan. Ketika dia
menceritakan tentang emosi atau masalah yang dihadapi, saya mencoba membantu
mereka untuk mengenali emosi yang sedang dirasakan dan menemukan sendiri
bagaimana cara menyelesaikan masalahnya. Ketika mereka menginginkan sesuatu,
misalnya ingin menggunakan komputer kelas, meminjam buku atau meminta istirahat
(break), saya mendorong agar mereka menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu baru
meminta ijin kepada guru. Jika saya diberi kewenangan untuk memberi ijin, saya
akan mendorong juga agar menyelesaikan tugas terlebih dahulu baru memberikan
mereka ijin.
Menunjukkan
Bahwa Benar-benar Ingin Membantu
Ketika dalam
situasi sulit, mereka sudah mulai marah, maka saya berusaha menunjukkan bahwa
saya benar-benar ingin membantu baik dalam mengerjakan tugas maupun
menyelesaikan masalah. Saya bilang bahwa tugas saya adalah membantu mereka agar
bisa belajar dengan baik, supaya aman dan selamat.
Membantu Kemandirian
dan Bersosialisasi dengan Teman
Ketika mendampingi
mereka di kelas dan mereka mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas, saya
mendorong untuk bertanya kepada guru atau meminta bantuan kepada siswa lain,
sebelumnya saya sudah berbicara kepada beberapa siswa agar mau membantu mereka
ketika bertanya. Jika tidak memungkinkan untuk bertanya kepada guru atau siswa
lain, maka saya akan membantu dan mendorong untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Saya juga mendorong mereka agar mencari kelompok sendiri ketika tugas grup dan
bermain bersama teman-temannya.
Membantu
Sesuai dengan Kebutuhannya
Membantu
mereka sesuai kebutuhannya, jika mereka mengalami masalah perilaku saja, maka
ketika pembelajaran tidak perlu banyak dibantu tentang tugas dan kegiatan
pembelajaran lainnya. Ketika mereka mengalami gangguan perilaku dan hambatan
belajar, memang selain membantu mengendalikan emosi juga membantu saat
mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran lainnya.
Berdiskusi
dengan Guru Kelas dan Guru Pendidikan Khusus
Jika ada
permasalahan yang timbul belum ada prosedur atau pembagian tugas penanganan,
maka sesegara mungkin saya berkonsultasi dengan guru kelas dan guru pendidikan
khusus agar masalah segera tertangani. Pada dasarnya tugas asisten guru memang
melaksanakan apa yang sudah diprogramkan guru kelas dan atau guru pendidikan
khusus.
Memberikan
Waktu Istirahat (Break) Secara Berkala
Guru
pendidikan khusus akan memberikan penjelasan tentang prosedur istirahat secara
berkala kepada saya dan mereka. Biasanya mereka akan mendapatkan 2 kali
istirahat di pagi hari dan 2 kali di siang hari. Mereka bisa mengambil waktu
istirahat (5 atau 10 menit) ketika merasa frustasi atau capek. Tujuan istirahat
ini untuk menjaga emosi (frustasi, capek, bosan) agar tidak meledak menjadi
kemarahan.
Mengajarkan
Social Skills
Guru
pendidikan khusus mengajarkan social skills kepada mereka secara berkelompok
dari seluruh kelas parallel dengan waktu sekitar 30 menit sebelum mendapatkan
reward time. Secara garis besar pelatihan social skills mengajari mereka
mengenali jenis-jenis emosi, bagaimana mengungkapkan emosi yang dirasakan,
mengenali penyebab timbulnya emosi tertentu dan cara menghindarinya. Tugas saya
adalah mendampingi mereka ketika sedang kegiatan untuk memahami dan
mengaplikasikan social skills yang sudah atau sedang dipelajari.
Memberi
Sheet Target Harian
Guru
pendidikan khusus akan memberikan sheet target harian yang harus mereka dicapai
berkaitan dengan pengendalian dan pengungkapan emosi yang telah disepakati.
Ketika mereka mencapai persentase atau level tertentu, maka mereka akan
mendapatkan reward time.
Memberikan
Reward Time
Reward time
diberikan selama 15 menit setelah pembelajaran social skills sampai waktu
pulang sekolah. Mereka akan mendapatkan kegiatan saat reward time sesuai dengan
level yang dicapai. Kegiatan selama reward time sesuai dengan kesepakatan.
Misalnya jika mereka mencapai level 3 mendapatkan kesempatan bermain dengan
komputer. Jika mencapai level 4 dan 5 boleh bermain bebas di gymnasium. Jika
mencapai level 5 di hari Jumat boleh bermain bebas dengan mengajak satu orang
teman. Seringnya mereka bermain football (bukan sepakbola) atau basketball.
Tugas saya memastikan mereka bermain dengan aman dan sering diminta ikut
bermain bersama mereka.
Mengajak ke
Ruang Intervensi Jika Mereka Tidak Bisa Mengendalikan Diri
Ketika
mereka marah dan guru dan atau saya sudah berusaha membantu memecahkan masalah
tetapi belum berhasil, maka saya mengajak mereka untuk menyelesaikan masalah di
ruang intervensi. Di ruang intervensi ada staff yang lebih terlatih untuk
membantu mereka mengekspresikan amarahnya dan calm down sampai siap kembali ke
kelas untuk melanjutkan pelajaran. Dalam beberapa kasus, jika dirasa perlu guru
kelas atau guru pendidikan khusus bisa meminta tolong intervensionist untuk
mengajak siswa ke ruang intervensi.
Membawa ke
Ruang Intervensi dengan Di-restrain
Jika ada
siswa sangat marah dan melakukan tindakan merusak barang-barang di sekitar dan
atau ingin melukai diri sendiri atau orang lain (siswa, guru, staf sekolah),
maka upaya terakhir adalah membawanya ke ruang intervensi dengan cara
direstrain. Restrain adalah cara membawa siswa dengan prosedur tertentu dengan
membuat siswa tidak bisa banyak bergerak sehingga mudah dikendalikan oleh guru
atau staf yang terlatih dan berlisensi. Saya sendiri jarang melakukan restrain
karena saya selalu bilang ke mereka bahwa saya tidak suka melakukan restrain
kepada mereka, biasanya jika sudah begitu mereka mau ke ruang intervensi dengan
sukarela. Bagi mereka dibawa dengan cara restrain sangat tidak nyaman,
kebanyakan mereka tidak mau hal tersebut.
Menyapa
Ketika Sudah Kembali ke Kelas dari Ruang Intervensi
Ketika
mereka sudah kembali ke ruang kelas, guru dan saya menyapa mereka dan
mengucapkan bahwa kami senang mereka siap kembali untuk melanjutkan pelajaran.
Mereka merasa diterima kembali walaupun sebelumnya membuat tindakan yang bisa
membahayakan diri sendiri maupun orang lain.