Pengalaman, Opini, dan Harapan

Tulisan Terbaru

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

Translate

Pages

PENULIS

Foto Saya
Mantan guru di SD Muh. Condongcatur, Yogyakarta, sekarang asisten guru di Becker Elementary School, Iowa, Amerika.

Tulisan Pilihan

Mengapa Guru di Amerika Mengajarkan Beberapa Cara untuk Menyelesaikan Soal Matematika?

Siswa di Amerika diajari oleh guru dengan beberapa cara untuk menyelesaikan soal Matematika, tidak hanya cara yang dianggap guru paling ...

Popular Posts

Selasa, 02 Juli 2019

Pendampingan ABK dengan Masalah Perilaku di Sekolah Amerika


yesfive.net
Anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan masalah perilaku (behavior problem) banyak ditemui di sekolah Amerika. ABK dengan masalah perilaku bisa juga mengalami hambatan belajar. Hal ini bisa terjadi karena ABK dengan masalah perilaku sering meninggalkan kelas atau mudah terganggu emosinya sehingga ketinggalan pelajaran atau terjadi sebaliknya karena mereka mempunyai hambatan belajar sehingga menyebabkan atau mempengaruhi emosi dan masalah perilaku.

Berikut adalah pengalaman saya ketika mendampingi dan membantu ABK dengan masalah perilaku dan ada juga yang sekaligus mengalami hambatan belajar.

ABK dengan Masalah Perilaku
ABK dengan masalah perilaku ditandai dengan mudah tersinggung atau marah hanya dengan sedikit gangguan baik dari dalam diri anak tersebut maupun dari luar atau dengan kata lain kesulitan mengelola emosi. Gangguan dari dalam bisa berupa rasa tidak aman, tidak suka dengan orang lain (teman, guru), merasa tidak mampu mengerjakan tugas atau ujian, dan sebagainya. Sedangkan gangguan dari luar bisa berupa ejekan teman, tersenggol teman saat bermain, kalah dalam permainan, tidak bisa mengerjakan tugas atau tes, ditegur guru, dan sebagainya. Ketika marah, anak berkata kasar baik kepada teman atau guru, tidak mau mengerjakan tugas, lari dari kelas, merusak benda-benda di sekitar, berusaha melukai teman atau guru, berkelahi, dan sebagainya. Masalah perilaku ini sering terjadi, bahkan ada yang hampir setiap hari. Penyebab terjadinya masalah perilaku kebanyakan karena sering dikasari oleh orang dewasa khususnya di rumah dan ditinggal salah satu atau kedua orang tua ketika masih kecil (cerai, tidak tanggung jawab, meninggal) sehingga dirawat kakek-nenek atau orang lain.

Membuat Hubungan yang Baik
Hal pertama yang saya lakukan ketika mendampingi mereka adalah membuat hubungan pribadi yang baik. Saya mencoba mengenali kesukaannya, menyapa di manapun bertemu sambil tersenyum dan melakukan gerakan yang disukai (tos, high five, menepuk pundak), menanyakan keadaan, menanyakan kegiatan yang dilakukan saat akhir pekan, bercerita hobi, dan sebagainya. Bahkan ada anak yang suka dipijat punggungnya ketika mulai frustasi mengerjakan tugas agar rileks dan tidak jadi marah. Ada anak yang suka bermain kertas lipat saat istirahat. Ada juga anak yang mengajari saya cara pengucapan kata-kata yang benar sampai kata-kata slang.

Mendengarkan Jika Mereka Ingin Bercerita atau Menginginkan Sesuatu
Mendengarkan secara aktif ketika mereka ingin menceritakan sesuatu, baik kejadian atau kegiatan yang dialami atau emosi yang dirasakan dan ketika menginginkan sesuatu. Saya mencoba mengulangi dengan bahasa saya untuk memastikan saya memahami apa yang mereka ceritakan dan saya betul-betul mendengarkan. Ketika dia menceritakan tentang emosi atau masalah yang dihadapi, saya mencoba membantu mereka untuk mengenali emosi yang sedang dirasakan dan menemukan sendiri bagaimana cara menyelesaikan masalahnya. Ketika mereka menginginkan sesuatu, misalnya ingin menggunakan komputer kelas, meminjam buku atau meminta istirahat (break), saya mendorong agar mereka menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu baru meminta ijin kepada guru. Jika saya diberi kewenangan untuk memberi ijin, saya akan mendorong juga agar menyelesaikan tugas terlebih dahulu baru memberikan mereka ijin.

Menunjukkan Bahwa Benar-benar Ingin Membantu
Ketika dalam situasi sulit, mereka sudah mulai marah, maka saya berusaha menunjukkan bahwa saya benar-benar ingin membantu baik dalam mengerjakan tugas maupun menyelesaikan masalah. Saya bilang bahwa tugas saya adalah membantu mereka agar bisa belajar dengan baik, supaya aman dan selamat.

Membantu Kemandirian dan Bersosialisasi dengan Teman
Ketika mendampingi mereka di kelas dan mereka mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas, saya mendorong untuk bertanya kepada guru atau meminta bantuan kepada siswa lain, sebelumnya saya sudah berbicara kepada beberapa siswa agar mau membantu mereka ketika bertanya. Jika tidak memungkinkan untuk bertanya kepada guru atau siswa lain, maka saya akan membantu dan mendorong untuk menyelesaikan tugas tersebut. Saya juga mendorong mereka agar mencari kelompok sendiri ketika tugas grup dan bermain bersama teman-temannya.

Membantu Sesuai dengan Kebutuhannya
Membantu mereka sesuai kebutuhannya, jika mereka mengalami masalah perilaku saja, maka ketika pembelajaran tidak perlu banyak dibantu tentang tugas dan kegiatan pembelajaran lainnya. Ketika mereka mengalami gangguan perilaku dan hambatan belajar, memang selain membantu mengendalikan emosi juga membantu saat mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran lainnya.

Berdiskusi dengan Guru Kelas dan Guru Pendidikan Khusus
Jika ada permasalahan yang timbul belum ada prosedur atau pembagian tugas penanganan, maka sesegara mungkin saya berkonsultasi dengan guru kelas dan guru pendidikan khusus agar masalah segera tertangani. Pada dasarnya tugas asisten guru memang melaksanakan apa yang sudah diprogramkan guru kelas dan atau guru pendidikan khusus.

Memberikan Waktu Istirahat (Break) Secara Berkala
Guru pendidikan khusus akan memberikan penjelasan tentang prosedur istirahat secara berkala kepada saya dan mereka. Biasanya mereka akan mendapatkan 2 kali istirahat di pagi hari dan 2 kali di siang hari. Mereka bisa mengambil waktu istirahat (5 atau 10 menit) ketika merasa frustasi atau capek. Tujuan istirahat ini untuk menjaga emosi (frustasi, capek, bosan) agar tidak meledak menjadi kemarahan. 

Mengajarkan Social Skills
Guru pendidikan khusus mengajarkan social skills kepada mereka secara berkelompok dari seluruh kelas parallel dengan waktu sekitar 30 menit sebelum mendapatkan reward time. Secara garis besar pelatihan social skills mengajari mereka mengenali jenis-jenis emosi, bagaimana mengungkapkan emosi yang dirasakan, mengenali penyebab timbulnya emosi tertentu dan cara menghindarinya. Tugas saya adalah mendampingi mereka ketika sedang kegiatan untuk memahami dan mengaplikasikan social skills yang sudah atau sedang dipelajari.

Memberi Sheet Target Harian
Guru pendidikan khusus akan memberikan sheet target harian yang harus mereka dicapai berkaitan dengan pengendalian dan pengungkapan emosi yang telah disepakati. Ketika mereka mencapai persentase atau level tertentu, maka mereka akan mendapatkan reward time.

Memberikan Reward Time
Reward time diberikan selama 15 menit setelah pembelajaran social skills sampai waktu pulang sekolah. Mereka akan mendapatkan kegiatan saat reward time sesuai dengan level yang dicapai. Kegiatan selama reward time sesuai dengan kesepakatan. Misalnya jika mereka mencapai level 3 mendapatkan kesempatan bermain dengan komputer. Jika mencapai level 4 dan 5 boleh bermain bebas di gymnasium. Jika mencapai level 5 di hari Jumat boleh bermain bebas dengan mengajak satu orang teman. Seringnya mereka bermain football (bukan sepakbola) atau basketball. Tugas saya memastikan mereka bermain dengan aman dan sering diminta ikut bermain bersama mereka.

Mengajak ke Ruang Intervensi Jika Mereka Tidak Bisa Mengendalikan Diri
Ketika mereka marah dan guru dan atau saya sudah berusaha membantu memecahkan masalah tetapi belum berhasil, maka saya mengajak mereka untuk menyelesaikan masalah di ruang intervensi. Di ruang intervensi ada staff yang lebih terlatih untuk membantu mereka mengekspresikan amarahnya dan calm down sampai siap kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran. Dalam beberapa kasus, jika dirasa perlu guru kelas atau guru pendidikan khusus bisa meminta tolong intervensionist untuk mengajak siswa ke ruang intervensi.

Membawa ke Ruang Intervensi dengan Di-restrain
Jika ada siswa sangat marah dan melakukan tindakan merusak barang-barang di sekitar dan atau ingin melukai diri sendiri atau orang lain (siswa, guru, staf sekolah), maka upaya terakhir adalah membawanya ke ruang intervensi dengan cara direstrain. Restrain adalah cara membawa siswa dengan prosedur tertentu dengan membuat siswa tidak bisa banyak bergerak sehingga mudah dikendalikan oleh guru atau staf yang terlatih dan berlisensi. Saya sendiri jarang melakukan restrain karena saya selalu bilang ke mereka bahwa saya tidak suka melakukan restrain kepada mereka, biasanya jika sudah begitu mereka mau ke ruang intervensi dengan sukarela. Bagi mereka dibawa dengan cara restrain sangat tidak nyaman, kebanyakan mereka tidak mau hal tersebut.

Menyapa Ketika Sudah Kembali ke Kelas dari Ruang Intervensi
Ketika mereka sudah kembali ke ruang kelas, guru dan saya menyapa mereka dan mengucapkan bahwa kami senang mereka siap kembali untuk melanjutkan pelajaran. Mereka merasa diterima kembali walaupun sebelumnya membuat tindakan yang bisa membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

2 komentar:

  1. Mantap n keren pengalamannya pak, sangat menginspirasi. Kebetulan sayajsaya memiliki kasus siswa seperti yang bapak ceritakan. Sehingga bs memberikan gambaran bagi saya dalam menghadapi siswa tersebut terutama pada kondisi2 yg seperti dipaparkan di atas.

    BalasHapus