Pengalaman, Opini, dan Harapan

Tulisan Terbaru

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

Translate

Pages

PENULIS

Foto Saya
Mantan guru di SD Muh. Condongcatur, Yogyakarta, sekarang asisten guru di Becker Elementary School, Iowa, Amerika.

Tulisan Pilihan

Mengapa Guru di Amerika Mengajarkan Beberapa Cara untuk Menyelesaikan Soal Matematika?

Siswa di Amerika diajari oleh guru dengan beberapa cara untuk menyelesaikan soal Matematika, tidak hanya cara yang dianggap guru paling ...

Popular Posts

Senin, 31 Desember 2018

Pembelajaran Menulis Esai Persuasif di SD Amerika


Pembelajaran menulis esai persuasif di kelas 4 merupakan pembelajaran menulis tulisan non fiksi. Pembelajaran ini diawali dengan kegiatan siswa membuat tulisan esai tentang sesuatu atau seseorang yang berarti dalam hidupnya (pengalaman pribadi) baru kemudian siswa dilanjutkan membuat esai persuasif tentang topik atau permasalahan disekitar siswa.

Menulis Esai tentang Pengalaman Pribadi
Tahapan pembelajaran menulis esai pengalaman pribadi adalah membuat tesis, mengidentifikasi alasan, mengemukakan bukti-bukti, membuat pendahuluan, membuat penutup dan menulis keseluruhan tulisan serta mengedit dan merivisi tulisan baik dari sisi konten maupun bahasa (penulisan kata yang benar dan tata bahasa).

Kamis, 27 Desember 2018

Berapa Lama Screen Time untuk Anak?


owlconnected.com
Sebagai orang tua maupun guru jaman sekarang tentu saja tidak bisa lepas dari permasalahan tentang screen time untuk anak/siswa. Banyak orang tua dan saya sendiri kadang kewalahan mengatur screen time untuk anak. Anak kadang melanggar kesepakatan tentang waktu sreen time, entah minta diperpanjang waktunya atau minta jatah lebih banyak dari kesepakatan.

Berikut hasil membaca beberapa artikel di internet dan pengalaman saya dalam membantu anak mengelola screen time.

Apa itu screen time?
Screen time adalah waktu ketika anak menggunakan alat elektronik yang mempunyai layar (screen) seperti televisi, komputer, laptop, smartphone, tablet dan semacamnya.

Sabtu, 22 Desember 2018

Cara Berinteraksi dengan Teman Guru, Staf dan Siswa yang Berbeda Generasi


Guru dan Staf Sekolah
Pada hari Jum'at tanggal 7 Desember lalu saya mengikuti kegiatan pengembangan profesional di distrik tempat saya bekerja. Materi yang disampaikan oleh pembicara adalah tentang bagaimana memahami karakteristik manusia berdasarkan generasinya agar bisa berinteraksi dengan baik di tempat kerja (sekolah) dengan guru, staf dan siswa. Di sekolah saya paling tidak ada guru dan staf dari 3 generasi yang berbeda, ada yang mendekati pensiun dan ada yang belum lama lulus SMA.

Berikut ini saya coba rangkum tentang pembagian generasi dan cara berinteraksi dengan guru, staf dan siswa di lingkungan sekolah yang berbeda generasi.  Rangkuman saya ambil dari materi pembicara dan beberapa artikel di internet. Sumber-sumber yang saya ambil berdasarkan konteks Amerika, tetapi akan saya coba sesuaikan dengan konteks Indonesia.

Pembagian Generasi
Pengertian generasi yang mudah dipahami adalah sebuah golongan/grup yang mempunyai kesamaan tahun lahir, umur, tempat dan kejadian penting dalam tahap perkembangan hidup mereka. Anggota generasi berbagi pengalaman yang mempengaruhi pemikiran, nilai-nilai, perilaku dan reaksi. Tentu saja setiap individu membawa atau mempunyai kepribadian, pengaruh dan latar belakang sesuai dengan ras, kelas sosial, jenis kelamin, wilayah, keluarga dan agama, tetapi secara umum manusia yang lahir pada periode waktu tertentu mempunyai kesamaan sifat-sifat.

Sabtu, 15 Desember 2018

Parent-Teacher Conferences, Penerimaan Rapot di Sekolah Amerika


Parent-teacher conferences (PTC) sebenarnya bukan penerimaan rapot, tetapi kegiatan antara siswa, orang tua dan guru untuk saling berkomunikasi tentang perkembangan siswa dalam pembelajaran dan masukan untuk rencana program pembelajaran ke depan. Laporan penilaian atau rapot sendiri akan dikirim ke orang tua berupa lembar print out atau file yang demail satu sampai dua minggu setelah PTC.

Tujuan PTC
PTC merupakan kegiatan yang memberikan kesempatan kepada siswa, orang tua dan guru untuk:

  • Memberikan laporan kepada orang tua tentang perkembangan akademik siswa berdasarkan observasi kelas, data tes, portofolio dan tugas-tugas.
  • Masukan dari orang tua tentang kekuatan, kebutuhan, perilaku dan gaya belajar siswa.
  • Mendiskusikan cara membantu siswa untuk mendukung pembelajaran.
  • Mendiskusikan hal-hal yang menghambat atau berpengaruh terhadap perkembangan dan pembelajaran siswa.

Sabtu, 08 Desember 2018

Cara Guru Amerika Memotivasi Siswa untuk Berperilaku Baik


Setiap guru ingin siswanya berperilaku baik di kelas dan lingkungan sekolah. Guru dan sekolah melakukan berbagai cara untuk memotivasi dan menjaga agar siswa berperilaku baik khususnya di sekolah. Berikut ini adalah beberapa cara yang dilakukan guru dan staf di sekolah saya.

Kartu Paws
Becker Paws Card
Guru dan atau asisten guru akan memberikan kartu ini kepada siswa yang berperilaku baik khususnya saat makan siang dan istirahat. Berperilaku baik yang dimaksud adalah siswa mengikuti tata tertib (expectation) di ruang makan dan area bermain.
Tata tertib di ruang makan: masuk dan keluar ruang makan dengan tenang, berjalan di ruang makan untuk mengambil makanan dengan tenang, sopan kepada orang lain dan mengambil makanan yang dibutuhkan, makan dulu sebelum berbicara dengan teman, membersihkan meja dan kursi setelah selesai makan.

Minggu, 02 Desember 2018

Penilaian Siswa di Sekolah Dasar Amerika


archsa.org
Tulisan ini berdasarkan pengamatan, pengalaman saya dan bacaan dari website departemen pendidikan negara bagian Iowa. Hasil penilaian siswa khususnya di SD negara bagian Iowa digunakan oleh semua pemangku kepentingan (stakeholders) untuk membuat program, pengelolaan staf, pengembangan profesional, pengembangan pembelajaran, pengelolaan keuangan dan pembuatan keputusan.

Ada dua jenis penilaian siswa, yaitu penilaian formatif (formative assessment) dan penilaian sumatif (sumative assessment). Penilaian sumatif dilaksanakan oleh distrik (district-wide), pemerintah negara bagian (state-wide) dan pemerintah pusat (federal). Penilaian ini digunakan untuk akreditasi distrik dan laporan ke pemerintah pusat (federal reporting). Sedangkan penilaian formatif dilaksanakan oleh guru dan sekolah serta distrik selama pembelajaran yang digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran dan umpan balik (feedback) dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

Jumat, 16 November 2018

Pengembangan Profesional Guru di Amerika


hallr.com
Pengembangan profesional (professional development/PD) untuk guru dan staff sekolah merupakan kegiatan rutin yang dilakukan di sekolah Amerika baik oleh district maupun sekolah. Berikut ini secara singkat penjelasannya berdasarkan pengalaman saya.

Kapan pengembangan profesional guru dilakukan?
Setiap district mempunyai cara dan waktu PD yang berbeda-beda. Sebagai contoh di sekolah saya PD dilaksanakan setiap hari Rabu pukul 8.00-8.30 pagi dan setiap bulan pada hari Jumat pertama. Jika hari Jumat merupakan hari libur, maka diganti hari Seninnya. Saat pelaksanaan PD bulanan siswa diliburkan. Contoh lainnya di sekolah anak saya, PD dilakukan setiap minggu pada hari Rabu siang. Setiap hari rabu siswa pulang awal pukul 12.00 karena untuk PD guru dan staff sekolah.

Sabtu, 10 November 2018

Pemilu di Amerika Serikat


Tanggal 6 Nopember 2018 yang lalu telah dilaksanakan pemilu serentak di seluruh negara bagian di Amerika. Pemilu kali ini disebut pemilu antara atau sela (midterm election) karena di tengah antara pemilu presiden sebelumnya (2016) dan yang akan datang (2020), khususnya untuk pemilu kongres (midterm congressional election). Sedangkan untuk pemilu negara bagian (state) dan lokal (county dan city) dilaksanakan setiap tahun. County merupakan wilayah yang meliputi beberapa city, mungkin setingkat kabupaten di Indonesia. Sedangkan city merupakan wilayah terkecil yang setara dengan kecamatan di Indonesia. Tidak ada lagi unsur pemerintahan di bawah pemerintah city. Sebagian besar urusan dasar penduduk di bawah layanan pemerintah city.

Saya berkesempatan melihat salah satu proses pemilu di sebuah vote/polling place, semacam tempat pemungutan suara (TPS) di kota Cedar Falls, Iowa. Sebelum menjemput anak saya yang kecil dari sekolah pre school-nya, saya mencoba melihat-lihat proses pemungutan suara. TPS yang saya kunjungi berada di sebuah gereja. Penunjuk TPS terlihat dipasang di tempat parkir.

Minggu, 28 Oktober 2018

Pembelajaran Menulis Cerita Fiksi Nyata di SD Amerika


Pembelajaran menulis cerita fiksi nyata (realistic fiction) di kelas 4 merupakan kegiatan pertama mata pelajaran menulis. Kegiatan ini berlangsung dengan banyak tahapan dan memerlukan waktu yang lama, sekitar satu bulan. Setiap hari siswa membuat progres dalam proses penulisan ini.

Pembelajaran ini meliputi tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut: menulis momen kecil yang dialami siswa, diskusi tentang cerita fiksi nyata, membuat rencana cerita, membuat alur cerita, menulis cerita, mengecek kesesuaian antara cerita dengan sifat tokoh dan alur cerita, menambahkan detail cerita, mengecek tata bahasa, membaca tulisan teman dan memberikan pendapat, merevisi tulisan, menulis ulang dan mempublikasikan cerita.

Menulis Momen Kecil
Dalam kegiatan ini siswa menuliskan satu kejadian kecil yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya ketika mengunjungi rumah kakek nenek atau bermain dengan hewan peliharaan. Siswa menulis dalam satu atau beberapa paragraf sesuai dengan kejadian yang dialaminya.

Sabtu, 20 Oktober 2018

Pembelajaran Sains di SD Amerika


Seperti yang sudah saya tulis di tulisan-tulisan sebelumnya bahwa Sains dan Social Studies (Ilmu Pengetahuan Sosial) merupakan mata pelajaran konten yang mendapatkan porsi waktu lebih sedikit dibandingkan dengan mata pelajaran pokok (Matematika, Membaca, dan Menulis). Tetapi lebih banyak jika dibandingkan dengan mata pelajaran spesial (olah raga, musik, media/komputer, dan art). Dalam sehari ada satu jam pelajaran konten dan satu pelajaran spesial. Sedangkan pelajaran pokok ada setiap hari dengan porsi masing-masing dua jam pelajaran.

Karena hanya ada satu mata pelajaran konten setiap harinya, biasanya guru membagi jadwal antara sains dan ilmu pengetahuan sosial setiap dua minggu. Dua minggu pertama untuk pembelajaran sains dan dua minggu berikutnya untuk pelajaran IPS.

Pembelajaran sains dilakukan lebih pada kegiatan pembelajaran praktik melakukan sesuatu kegiatan atau percobaan dan diskusi. Pembelajaran juga diintegrasikan dengan pendidikan karakter khususnya The 7 Habits. Siswa tidak mempunyai buku catatan sains maupun IPS, biasanya siswa diberi buku workbook, semacam buku lembar kerja. Workbook bisa dari penerbit, kerjasama dengan universitas, instansi lain yang berhubungan dengan sains ataupun buatan guru sesuai dengan kebijakan district.

Satu sisi uang koin

Sisi lain uang koin
Sebagai contoh untuk kegiatan atau praktik di kelas 4 adalah membandingkan dua mata uang koin 1 cent (penny) yang berbeda tahun keluaran, mengidentifikasi sumber-sumber energi di sekitar, membandingkan antara bentuk dan fungsi bagian-bagian tubuh tumbuhan dan hewan, serta praktik menanam beberapa biji dan mengamati pertumbuhannya.
Kegiatan membandingkan dua mata uang koin pennies bertujuan untuk melatih siswa cara melakukan pengamatan terhadap obyek sains dan mempersiapkan siswa untuk kegiatan pembelajaran sains selanjutnya yang akan banyak berkaitan dengan pengamatan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data dan menyampaikan pendapat/diskusi. Kegiatan ini diawali dengan guru memberikan siswa masing-masing dua pennies, kemudian siswa diminta mengamati keduanya. Selanjutnya siswa mencatat di buku workbook tentang hal-hal yang hanya ada pada mata uang pertama dan kedua serta pada kedua mata uang. Workbook dibuat dan disediakan oleh district bekerjasama dengan University of Northern Iowa (UNI). Proses pembelajaran selanjutnya adalah diskusi pada kelompok kecil untuk saling bertukar pendapat hasil pengamatan dan dilanjutkan diskusi kelas membahas tentang hasil diskusi kecil. Guru membantu diskusi kelas sampai mendapatkan kesimpulan serta penekanan tentang bagaimana pengamatan obyek sains yang baik, pengumpulan data sampai membuat kesimpulan. Tidak lupa guru mengingatkan untuk mengembalikan koin uang pada tempatnya sambil menyinggung tentang The 7 Habits. Pembelajaran tidak hanya dilakukan dalam satu atau dua pertemuan saja tetapi beberapa pertemuan.

Pembelajaran tentang sumber-sumber energi di sekitar mengunakan booklet yang disediakan instansi lain (saya lupa namanya). Dalam booklet sudah terdapat informasi tentang sumber-sumber energi serta kegiatan pembelajaran. Kegiatan banyak diskusi karena materi merupakan hal-hal yang ada dan digunakan setiap hari. Sumber-sumber energi fokus yang dihasilkan dan atau digunakan di state Iowa, misalnya sumber energi yang berupa makanan berupa jagung, kedelai, sapi, ayam, dan babi. Contoh lainnya sumber energi fosil dan angin. Di Iowa banyak kincir angin untuk menghasilkan listrik. Pembelajaran sains juga diintegrasikan dengan pembelajaran menulis membuat ringkasan bacaan non fiksi. Siswa membuat ringkasan dari bacaan tentang sumber-sumber energi di sekitar. Silakan baca bagaimana cara membuat ringkasan bacaan non fiksi di sini.

Hubungan antara bentuk dan fungsi bagian-bagian hewan dan tumbuhan dilakukan dengan pembelajaran dengan banyak pengamatan gambar dan video struktur bagian tumbuhan dan hewan kemudian diskusi dengan panduan workbook dari district dan UNI. Untuk guru ada buku panduan pembelajarannya. Dalam workbook ada lembar kerja berupa sedikit materi pengantar, gambar perbandingan struktur bagian-bagian tumbuhan-tumbuhan dan hewan-hewan tertentu, tabel atau bagan untuk menulis hasil pengamatan/data dan pertanyaan-pertanyaan lanjutan yang menantang atau membuat siswa berpikir atau mencari informasi yang lebih lengkap/dalam.

Gambar otak dan fungsinya

Gambar indera kelelawar
Kegiatan menanam biji dilakukan saat musim semi. Siswa diberi 4-5 biji kemudian ditanam di bekas minuman mineral dengan media tanah. Biji diletakkan dekat jendela yang mendapat cahaya matahari cukup. Guru juga menanam biji dan meletakkannya di pojok kelas yang sedikit mendapat cahaya. Perlu diketahui bahwa kelas-kelas di Amerika gelap jika tidak ada cahaya lampu. Cahaya matahari dari jendela tidak cukup untuk menerangi kelas. Masing-masing siswa bertanggung jawab untuk memberi air setiap 2 hari sekali dan mengamati pertumbuhan setiap minggu. Siswa mengukur tinggi kecambah masing-masing. Guru bertanggung terhadap kecambah yang sedikit cahaya baik menyirami maupun mengukur tinggi kecambah. Siswa mencatat data di workbook. Ada juga biji yang tidak tumbuh. Setelah sekitar 1,5 bulan kemudian diadakan diskusi kelas tentang pertumbuhan kecambah, baik yang mendapat cukup cahaya maupun kurang cahaya. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan kecambah. Mengapa ada biji yang tidak tumbuh? Mengapa berbeda-beda ketinggian kecambah? Apa yang terjadi jika ada siswa yang lupa menyirami beberapa hari?

Sabtu, 13 Oktober 2018

Bagaimana Agar Siswa Mendengarkan Guru dan Mendengarkan Siswa Bicara


Tulisan ini merupakan ringkasan dan terjemahan bebas yang disesuaikan dengan konteks Indonesia dari artikel berjudul "How To Talk So Students Listen and Listen So Students Talk" oleh Adele Faber dan Elaine Mazlish yang artikel aslinya dipublikasikan di American Educator pada musim panas tahun 1987. Walaupun artikel ini telah diterbitkan lebih dari 30 tahun yang lalu tetapi isinya masih relevan dan bisa diterapkan oleh guru atau orang tua dalam konteks sekarang. Adele Faber dan Elaine Mazlish adalah penulis buku "How To Talk So Kids Will Listen & Listen So Kids Will Talk" dan  "How To Talk So Teens Will Listen & Listen So Teens Will Talk".

Buku karya penulis
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar siswa mendengarkan apa yang guru sampaikan atau perintahkan dan cara mendengarkan sehingga siswa mau berbicara, yaitu:

Mengenali Perasaan/Emosi Siswa
Mengenali perasaan atau emosi siswa memudahkan siswa untuk mengungkapkan dengan kata-kata apa yang terjadi dan dia rasakan sehingga memudahkan guru untuk membantu siswa menyelesaikan masalahnya sendiri.
Berikut ini contoh perbandingan dialog hal yang biasa dilakukan guru (dialog 1) dan dialog dengan mengenali perasaan siswa (dialog 2):

Dialog 1:
Siswa: "Aku tidak bisa mengerjakan soal Matematika!"
Guru: "Sebenarnya kamu bisa. Mungkin kamu tidak belajar sebelum ulangan!"

Dialog 2:
Siswa: "Aku tidak bisa mengerjakan soal Matematika!"
Guru: "Kamu kesulitan mengerjakan soal pembagian?"

Dialog 1:
Siswa: "Lukisanku jelek!"
Guru: "Tidak masalah. Itu lukisan yang bagus."

Dialog 2:
Siswa: "Lukisanku jelek!"
Guru: "Oh, kamu tidak puas dengan caramu melukis."

Dialog 1:
Siswa: "Aku tidak mau duduk semeja lagi dengan Anto."
Guru: "Kamu harus duduk dengan Anto karena urutannya begitu, minggu depan juga akan berganti teman."

Dialog 2:
Siswa: "Aku tidak mau duduk semeja lagi dengan Anto."
Guru: "Kamu kelihatannya marah sama Anto. Apakah dia melakukan sesuatu yang membuatmu kesal?"

Ilustrasi mengenali perasaan siswa
Menjelaskan Masalah yang Terjadi
Ketika siswa tidak mengerjakan apa yang seharusnya menjadi tugasnya, maka pertama kali yang dilakukan guru adalah menyuruh siswa mengerjakannya. Tetapi seringnya siswa semakin menolak untuk mengerjakan tugasnya karena mungkin tidak tahu bagaimana cara mengerjakannya atau apa masalahnya. Jika guru menjelaskan apa yang sebaiknya dilakukan siswa atau masalah yang terjadi, maka siswa akan memulai mengerjakan tugasnya.
Berikut perbandingan perintah guru (pernyataan 1) dan penjelasan guru tentang masalah yang terjadi (pernyataan 2):

Pernyataan 1:
"Kamu adalah petugas penyiram tanaman. Kamu lupa menyiraminya kemarin. Sirami sekarang!"

Pernyataan 2:
"Tanamannya layu, kelihatannya perlu air."

Pernyataan 1:
"Berhenti menggumam, kamu baru mengerjakan setengah tes. Jika kamu tidak menyelesaikan semua soal, kamu akan mendapat nilai jelek."

Pernyataan 2:
"Kamu telah mengerjakan setengah tes. Tinggal 10 soal lagi kamu akan selesai."

Pernyataan 1:
"Kamu tidak bisa menjaga mulutmu. Berapa kali saya ingatkan untuk tidak teriak."

Pernyataan 2:
"Saya mendengar sebuah jawaban, tetapi saya tidak melihat seorangpun yang angkat tangan."

Memberikan Informasi Tanpa Melukai Perasaan
Ketika siswa berbuat sesuatu yang tidak baik hal itu merupakan kesempatan guru untuk memberi informasi yang mungkin siswa belum tahu. Informasi sebaiknya dengan pernyataan yang singkat dan tanpa melukai perasaan siswa.
Berikut contoh pernyataannya:

Pernyataan 1:
Ketika siswa melipat buku bacaan baru ke belakang, guru mengatakan:
"Anak-anak, ketika kalian melipat buku ke belakang hal itu bisa merusak jilidannya."

Pernyataan 2:
Seorang siswa sering lupa menutup spidol, guru mengatakan:
"Ryan, tinta spidol akan mengering dan tidak bisa untuk menulis jika tidak tertutup setelah digunakan."

Pernyataan 3:
Seorang siswa menggunakan penggaris untuk memukul temannya, guru bisa bilang:
"Penggaris untuk mengukur panjang atau tinggi, bukan untuk memukul teman."

Peryataan 4:
Ketika siswa sedang mengadu atau menceritakan sebuah kejadian guru mendengarkan tanpa emosi dan bilang:
"Oh," atau "Okay,"

Menawarkan Pilihan
Memberikan pilihan membuat siswa lebih mudah memutuskan dan bertanggung jawab terhadap pilihannya.
Berikut ini beberapa contoh peristiwa di kelas:

Pada hari Senin seorang guru bahasa Inggris mengumumkan kepada siswanya tentang persiapan ulangan vocabulary pada hari Jumat:
"Kalian lebih suka mana, belajar 8 kata baru hanya hari ini atau 2 kata setiap hari?"

Seorang guru kelas 5 mengumumkan persiapan ulangan Matematika tentang pecahan dan desimal:
"Anak-anak, untuk persiapan ulangan pecahan dan desimal minggu depan, hari ini kita akan latihan soal selama 15 menit. Bagi yang merasa perlu latihan pecahan bisa mengerjakan soal di buku latihan halaman 33, sedangkan bagi yang merasa perlu latihan desimal silakan mengerjakan soal halaman 44."

Mengatakan dengan Satu Kata
Mengingatkan suatu hal kepada siswa hanya menggunakan satu kata yang siswa sudah tahu maksudnya akan lebih efektif daripada menggunakan kalimat panjang yang justru bisa membuat siswa tidak suka atau malu.
Berikut contoh perbandingan pernyataan dengan kalimat panjang (pernyataan 1) dan hanya satu kata (pernyataan 2):

Pernyataan 1:
"Hary, ini ketigakalinya saya mengingatkan kamu untuk melepas topi ketika masuk kelas. Kamu sibuk ngobrol dengan teman-temanmu sehingga lupa melepas topimu."

Pernyataan 2:
"Hary, topi."

Ilustrasi mengatakan dengan satu kata
Memberikan Pujian dan Mendeskripsikannya
Ketika siswa melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan, berikan pujian dan deskripsikan apa yang sudah dicapai siswa tersebut supaya termotivasi untuk melanjutkan atau tetap melakukannya di lain waktu. Deskripsi pujian terhadap pencapaian siswa sekecil apapun akan membuat siswa menghargai usahanya dan terus mencoba untuk melanjutkannya. Pujian dengan kata "bagus", "pintar" dan sejenisnya tanpa deskripsi apa yang sudah dicapai hanya akan memberikan efek motivasi sesaat tetapi kurang memberikan motivasi untuk meneruskan atau melakukannya lagi.
Berikut adalah contoh pujian kepada siswa:

Nisa belum bisa mengerjakan perkalian 5 x 12. Guru bisa memberikan motivasi dengan pernyataan:
"Nisa, kamu sudah tahu hasil dari 5 x 10, kamu tinggal menambahkan dengan hasil dari 5 x 2."

Ketika siswa bekerja baik saat eksperimen sains, guru bisa memberika pujian:
"Kerja kalian sangat bagus. Kalian berhasil melakukan eksperimen, mencatat semua data, membersihkan meja dan mengembalikan alat-alat praktikum ke almari."

Mendeskripsikan Apa yang Guru Rasakan
Hal yang sama ketika guru membantu siswa untuk mendeskripsikan emosi atau perasaannya, guru juga perlu mendeskripsikan emosi atau perasaannya agar siswa bisa memahaminya. Mendeskripsikan emosi-misalnya marah- dapat mengurangi kemarahan dan menjadikan contoh bagi siswa bagaimana mengungkapkan kemarahan tanpa melukai. Hal ini membuat siswa mau mendengarkan apa yang guru katakan.
Berikut contoh perbedaan cara mengungkapkan emosi yang menyakitkan (pernyataan 1) dan mendeskripsikan (pernyataan 2):

Pernyataan 1:
"Kamu sangat tidak sopan, selalu memotong penjelasan saya!"

Pernyataan 2:
"Itu membuat saya kesal ketika saya sedang memulai penjelasan dan tidak sampai selesai."

Pernyataan 1:
"Apa yang salah dengan kelas ini? Mengapa tidak ada yang menyiapkan buku di meja. Bagaimana kalian bisa belajar kalau tidak siap dengan buku?"

Pernyataan 2:
"Saya menjadi tidak sabar ketika kalian belum mengerjakan tugas dengan baik. Saya suka melihat semua sudah siap mengikuti pelajaran dengan buku di meja ketika bell berbunyi."

Pernyataan 1:
"Bagaimana bisa kalian sangat tidak sopan. Itu adalah perbuatan yang sangat buruk menertawakan kesalahan orang lain."

Pernyataan 2:
"Itu membuat saya sedih melihat kalian menertawakan kesalahan orang lain. Saya berharap semua siswa di sini memperlakukan orang lain dengan penuh hormat."

Membuat Tulisan
Sangat sering tulisan dapat menggantikan dengan baik suara yang meninggi (kemarahan). Seorang guru mempunyai siswa yang selalu langsung menjawab pertanyaan guru tanpa mengangkat tangan terlebih dahulu ataupun memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk mengungkapkan pendapatnya. Mengatakan "Tunggu sampai saya mempersilakan kamu" tidak begitu ada efeknya. Suatu hari guru mendekati siswa tersebut dan memberikan selembar kertas terlipat. Dia pun membuka kertas dan membaca tulisan di dalamnya. Mulai hari itu dia selalu mengangkat tangan sebelum berpendapat dan memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk berpendapat. Kertas itu berisi tulisan:

           Ketika kamu ingin menunjukkan bahwa kamu telah paham, angkat tanganmu.

Seorang siswa sering terlambat mengumpulkan tugas atau PR. Akhirnya gurunya menulis surat yang dikirim lewat pos ke rumah. Surat itu berbunyi:

           Dear Nurul,
           Tugas-tugas berikut paling lambat dikumpulkan tanggal 22, 24, dan 27 Oktober.
           Tolong beritahu saya jika kamu sudah siap mengumpulkannya.
           Saya menunggu balasanmu.

           Dengan hormat,
           Bu Ani

Selesaikan Masalah Bersama
Banyak masalah kelas yang membuat sedih, marah bercampur aduk tidak bisa diselesaikan dengan sebuah kata, kalimat dan tulisan. Masalah yang rumit dan kompleks membutuhkan penyelesaian bersama dan bertahap. Masalah bisa melibatkan satu siswa, beberapa ataupun seluruh kelas. Penyelesaian masalah bisa dimulai dengan mendengarkan emosi atau perasaan siswa, biarkan siswa mengekspresikan emosinya kemudian ajak siswa untuk bersama-sama menyelesaikan masalah.

Catatan:
Cara-cara di atas tidak selalu berhasil untuk setiap siswa dan tidak selalu efektif setiap waktu. Oleh karena itu sebaiknya dicoba disesuaikan dengan keadaan dan sifat-sifat siswa. Cara-cara ini setidaknya menciptakan semangat komunikasi yang menghormati siswa atau orang lain sehingga diharapkan mereka tumbuh dengan baik.

Minggu, 23 September 2018

Pendidikan Karakter di SD Amerika


Pendidikan karakter di SD Amerika dilakukan dengan beberapa cara, antara lain integrasi The 7 Habits-Leader in Me dalam pembelajaran, tata tertib kelas (class rules), tata tertib di setiap ruangan selain kelas atau kegiatan sekolah (expectations), pembagian  tugas (job) di kelas, job sekolah, janji setia kepada bendera Amerika, menjadi teman membaca buku (reading buddy) dan mengisi bank kebaikan (bucket filling).

Beberapa sekolah menggunakan The 7 Habits-Leader in Me sebagai salah satu cara untuk mengajarkan dan melatih serta menumbuhkan karakter siswa. The 7 Habits-Leader in adalah cara mendidik karakter kepada siswa dengan 7 kebiasan, yaitu:

Habit 1 - Be Proactive (You're in Charge)
Aku adalah orang yang bertanggung jawab. Aku mengambil inisiatif. Aku memilih perbuatan, perilaku dan keinginanku. Aku tidak menyalahkan orang lain untuk kesalahan yang aku lakukan. Aku melakukan sesuatu yang benar/baik tanpa disuruh, walaupun tidak ada seorang pun yang melihat.

Habit 2 - Begin with The End in Mind (Have a Plan)
Aku menggunakan waktuku untuk melakukan sesuatu yang sangat penting. Ini berarti aku akan bilang "tidak" untuk melakukan sesuatu yang sebaiknya tidak melakukannya. Aku membuat skala prioritas, membuat rencana dan mengikuti rencananya. Aku disiplin dan rapi.

Habit 3 - Put First Things First (Work First, Then Play)
Aku merencanakan apa yang akan aku lakukan dan membuat tujuan-tujuan yang ingin kucapai. Aku melakukan suatu yang bermakna dan membuat sebuah perbedaan. Aku bagian penting di kelas dan berkontribusi untuk visi dan misi sekolah. Aku adalah warga negara yang baik.

Habit 4 - Think Win-win (Everyone Can Win)
Aku seimbang antara mendapatkan hakku dan hak orang lain. Aku membuat tabungan kebaikan kepada orang lain. Ketika ada permasalahan, aku melihat alternatif lain untuk menyelesaikannya.

Habit 5 - Seek First to Understand, Then to Be Understood (Listen Before You Talk)
Aku mendengarkan ide dan perasaan orang lain. Aku mencoba melihat cara pandang mereka. Aku mendegarkan tanpa menyela. Aku percaya diri menyuarakan pendapat atau ideku. Aku melihat ke arah mata orang lain ketika sedang berbicara.

Habit 6 - Synergize (Together is Better)
Aku menghargai kelebihan orang lain dan belajar dari mereka. Aku bergaul dengan baik bersama orang lain walaupun mereka berbeda denganku. Aku bekerja dengan baik dalam kelompok. Aku melihat ide orang lain untuk menyelesaikan masalah karena aku tahu bahwa bekerjasama dalam tim kami bisa membuat solusi yang lebih baik dari pada sendiri. Aku seorang yang rendah hati.

Habit 7 - Sharpen The Saw (Balance Feels Best). 
Aku peduli dengan tubuhku dengan makan makanan bergizi, olahraga, dan tidur yang cukup. Aku memanfaatkan waktu bersama keluarga dan teman. Aku belajar dengan berbagai cara dan tempat, tidak hanya di sekolah. Aku menemukan kebahagian dengan menolong orang lain.

Kebiasan-kebiasan tersebut dintegrasikan dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Misalnya ketika guru memberikan tugas individu, siswa diingatkan untuk menyelesaikan dulu tugasnya, siswa yang sudah selesai bisa membantu temannya, membaca buku yang disukai atau latihan soal Matematika online di komputer kelas. Guru dan staff sekolah diberi pelatihan rutin untuk menerapkan dan mengevaluasi pelaksanaan program The 7 Habits. Tujuh kebiasaan tersebut tidak hanya dilakukan di sekolah tetapi juga diharapkan diterapkan di rumah dan di manapun.

Setiap kelas membuat tata tertib sendiri-sendiri yang dibuat bersama guru dan siswa pada awal tahun ajaran baru. Tata tertib kelas juga mengacu atau menyertakan The 7 Habits. Selain tata tertib, kelas juga membuat mission statements. Mission statements berisi tentang hal-hal yang akan dicapai atau dilakukan di kelas setiap harinya.

Tata tertib kelas
The 7 Habits juga diintegrasikan dengan expectations di setiap ruangan selain kelas atau kegiatan sekolah. Semua siswa dilatih untuk mengikuti expectations setiap awal semester dan sering diingatkan kembali. Pada awal semester setiap kelas secara bergantian akan dilatih tentang expectations di setiap ruangan atau kegiatan sekolah. Expectations antara lain di hallway (lorong kelas), kamar mandi, ruang makan, playground (area bermain), perpustakaan, laboratorium komputer, dan kegiatan assembly. Expectations tersebut juga ditempel di setiap ruangan agar mudah dibaca dan untuk mengingatkan kepada setiap siswa untuk selalu mengikutinya.

Berikut contoh-contoh expectations di beberapa tempat:

Expectations di ruang makan

Expectations di area bermain
Expectations di kamar mandi
Expecatations di ruang oleh raga (gym)
Expectations di tempat minum
Expectations saat masuk sekolah
Expectations di lorong kelas
Untuk menumbuhkan karakter kepemimpinan dan tanggung jawab siswa diberi kesempatan untuk melamar pekerjaan/tugas di kelas dengan mengisi lembar aplikasi. Sebelum siswa mengisi lembar aplikasi terlebih dahulu guru memberikan penjelasan tentang jenis-jenis pekerjaan dan tugas-tugas-tugasnya. Lembar aplikasi berisi tentang identitas siswa dan esai tentang mengapa siswa layak untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan dan persetujuan orang tua. Semua siswa mendapat pekerjaan yang disesuaikan dengan keinginan dan ada juga karena pertimbangan guru. Jenis-jenis pekerjaan kelas antara lain: asisten guru, pengecek makan siang, asisten kesehatan, peruncing pensil, pengambil snack dan food bag.

Jenis-jenis pekerjaan kelas
Selain pekerjaan kelas, sekolah juga menawarkan beberapa perkerjaan yang diharapkan bisa membentuk karakter kepemimpinan siswa. Penawaran pekerjaan sekolah dilakukan dengan kegiatan job fair. Setiap kelas 3-5 secara bergiliran menghadiri job fair. Setiap jenis pekerjaan memiliki stan dengan poster yang berisi tentang jenis pekerjaan, tugas-tugas, dan kualifikasinya. Siswa yang bekerja pada tahun ajaran sebelumnya bertugas untuk menunggu, menjelaskan tentang pekerjaan dan menjawab pertanyaan siswa yang sedang berkunjung. Pada hari berikutnya siswa diberi lembar aplikasi pekerjaan yang harus diisi dan dikumpulkan kepada guru kelas bagi siswa yang tertarik. Beberapa jenis pekerjaan yang ditawarkan saat job fair seperti di bawah ini:

Becker Ambassador
Assembly Leader
Office Leader
Recess Friend
Bus Leader
Service Leader
Music Leaders Choir
Untuk menumbuhkan karakter nasionalisme setiap pagi siswa mengucapkan janji setia kepada bendera Amerika (the pledge of alligiance) dan janji siswa kepada sekolah. Janji setia ini dilakukan sebelum pelajaran dimulai dengan menghadap ke arah bendera dan meletakkan tangan kanan di atas dada kiri.

Janji setia kepada bendera Amerika
Janji kepada sekolah
Siswa kelas 4 dan 5 menjadi teman membaca untuk siswa pre kindergarten dan kindergarten. Setiap seminggu sekali mereka berkunjung ke kelas pre kindergarten dan kindergarten (TK) untuk membacakan buku cerita kepada salah satu siswa selama sekitar 20 menit. Biasanya 1 siswa pre kindergarten atau kindergarten ditemani oleh 2 orang siswa kelas 4 atau 5.

Teman membaca buku (Becker facebook)
Kebaikan sekecil apapun dianjurkan untuk diapresiasi. Salah satu cara mengapresiasi kebaikan orang lain adalah dengan mengisi bank kebaikan dengan cara menuliskan pada selembar kertas rekat (sticky note) kepada guru atau teman yang telah berbuat baik sebagai ucapan terima kasih atau apresiasi kemudian ditempelkan di papan atau dinding yang disediakan.  

Sabtu, 09 Juni 2018

Modul Pelatihan untuk Guru dan Asisten Guru Childcare di Amerika



Saya pernah bekerja sebagai asisten guru di Grin and Grow Childcare di Waterloo, Iowa bulan Maret sampai Juni tahun 2017 dan akan berkerja selama summer tahun ini di program Summer Daze 2018. Kedua pekerjaan saya tersebut menuntut untuk mengikuti pelatihan tentang materi-materi dasar dan penting (essential) tentang childcare.

Berikut ini adalah modul-modul pelatihan yang saya ikuti, semoga bermanfaat bagi guru atau karyawan yang berkerja di childcare. Materi pelatihan tentu saja sesuai dengan keadaan dan regulasi di Amerika khususnya di negara bagian Iowa, sehingga tidak semuanya cocok dengan keadaan dan regulasi di Indonesia. Silakan bisa didownload di link berikut:

Siswa Amerika Belajar Menulis Bersama Penulis



Beberapa waktu yang lalu Waterloo Public Library mengundang semua siswa kelas 5 sekolah dasar di kota Waterloo untuk menghadiri kegiatan bersama penulis, Rob Buyea. Rob Buyea merupakan penulis buku cerita anak yang cukup terkenal di Amerika. Sebelum menjadi penulis beliau adalah seorang guru sekolah dasar. Cukup banyak penulis buku baik fiksi maupun non fiksi di Amerika yang dulunya adalah guru.

Kegiatan ini bertujuan untuk menginspirasi siswa agar semangat belajar menulis serta diskusi dan sharing tentang bagaimana tips atau pengalaman Rob Buyea menulis cerita. Kegiatan menghadirkan ahli dalam bidang tertentu untuk menginspirasi siswa memang salah satu program sekolah baik yang diadakan sekolah atau distrik (seperti dinas pendidikan di Indonesia) maupun instansi lain.

Berikut ini adalah tips menulis cerita non fiksi dari Rob Buyea yang saya rangkum:

Kamis, 15 Februari 2018

Mengapa Guru di Amerika Mengajarkan Beberapa Cara untuk Menyelesaikan Soal Matematika?



Siswa di Amerika diajari oleh guru dengan beberapa cara untuk menyelesaikan soal Matematika, tidak hanya cara yang dianggap guru paling baik, mudah ataupun efektif. Sebelum tahun 2000, siswa hanya diajarkan satu cara yang dianggap paling efektif oleh guru untuk menyelesaikan soal Matematika. Siswa memperhatikan guru saat memberi contoh menyelesaikan soal Matematika dengan satu cara di papan tulis dan siswa kemudian menyalinnya di buku tulis. Cara tersebut digunakan siswa untuk menyelesaikan latihan-latihan soal yang lain.

Manfaat Diajarkannya Beberapa Cara untuk Menyelesiakan Soal Matematika
Soal Matematika bisa diselesaikan dengan berbagai cara. Guru yang memaksakan hanya menggunakan satu cara yang dianggap paling baik untuk menyelesaikan soal Matematika akan membuat siswa banyak kehilangan kesempatan untuk mengeksplorasi kemampuan berfikir mereka. Mengajarkan siswa dengan berbagai cara dalam menyelesaikan soal Matematika juga merupakan cara alamiah otak bekerja dalam kehidupan sehari-hari. Ketika berbelanja di toko, maka otak bekerja dengan cepat untuk menghitung harga barang yang harus kita bayar dengan cara memperkirakan, membulatkan, menggandakan ataupun menghitung setengahnya. Dengan mengajari siswa berbagai cara untuk menyelesaikan soal Matematika membantu siswa menuangkan apa yang ada dalam pikirannya di atas kertas. Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda-beda dalam memahami dan memecahkan soal Matematika sesuai dengan kemampuan berfikir, pengetahuan sebelumnya, dan pengalaman. Siswa diharapkan mempunyai cara menyelesaikan soal Matematika dengan cara mereka sendiri yang menurut mereka paling efektif sehingga menumbuhkan kepercayaan diri bahwa mereka mampu menyelesaikan soal Matematika. Ketika siswa sudah mengetahui cara mereka sendiri kemudian mereka bisa menggunakannya untuk menyelesaikan soal yang lebih kompleks (digit yang kebih banyak). Dampaknya adalah siswa menjadi lebih semangat dalam belajar Matematika dan terus belajar karena mereka belajar berdasarkan tingkat kemampuan berfikir dan pengetahuan serta pemahaman mereka. 

Apakah Siswa diajari Cara Algoritma?
Algoritma adalah cara singkat untuk menyelesaikan soal Matematika tetapi akan sulit dipahami oleh sebagian siswa karena abstrak. Oleh karena itu sebelum diajarkan cara algoritma, siswa harus mengerti dan memahami bagaimana cara algoritma bekerja. Siswa diajarkan dengan berbagai cara untuk menyelesaikan soal Matematika yang pada dasarnya merupakan runtutan cara yang sesuai dengan tingkat kemampuan berfikir siswa yang pada akhirnya diarahkan menuju pemahaman cara standar algoritma.

Sumber bacaan:

Minggu, 04 Februari 2018

Pembelajaran Menulis Ringkasan Teks Non Fiksi di SD Amerika



Membuat ringkasan teks atau bacaan non fiksi merupakan bagian dari kegiatan pelajaran menulis di kelas 4. Kegiatan ini terus dilakukan berkali-kali sampai materi bacaan non fiksi dalam pelajaran Menulis dan Membaca selesai.

Meringkas bacaan non fiksi seperti halnya membuat tulisan non fiksi menggunakan pedoman pertanyaan 5W dan 1H, yaitu what, who, where, when, why, dan how. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pembelajaran menulis ringkasan bacaan non fiksi di kelas 4:

Diskusi Bagaimana Membuat Ringkasan (Summarize)
Pembelajaran diawali dengan mengingatkan siswa tentang pedoman dalam menulis bacaan non fiksi yaitu pertanyaan 5W dan 1H, demikian juga dalam membuat ringkasan bacaan non fiksi juga berpedoman hal yang sama.
What are we learning about, apa yang sedang kita pelajari?
Who are we talking about, siapa yang sedang kita bicarakan?
Where is this taking place, di mana tempat terjadinya hal/peristiwa ini?
When is this information happening, kapan terjadinya hal/peristiwa ini?
Why is this happening, mengapa hal/peristiwa ini terjadi atau penting?
How is this happening, bagaimana hal/peristiwa ini terjadi?
Catatan: tidak semua pertanyaan bisa dijawab atau ada dalam bacaan, oleh karena itu hanya pertanyaan yang bisa /ada dalam bacaan yang digunakan.

Diskusi Membuat Ringkasan Cerita Fiksi
Guru menampilkan sebuah teks di board dengan projector. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi membuat peta konsep menggunakan pedoman pertanyaan 5W dan 1H. Guru memberi contoh merangkai peta konsep menjadi kalimat dan paragraf dengan bahasa sendiri menjadi ringkasan bacaan.

Membaca Buku/Bacaan Non Fiksi dan Membuat Peta Konsep
Siswa memilih buku non fiksi yang disukai dari perpustakaan kelas atau bacaan yang disiapkan guru. Kegiatan selanjutnya siswa membaca buku atau bacaan tersebut tanpa bersuara sekitar 10-30 menit sambil membuat peta konsep dengan berpedoman pada pertanyaan 5W dan 1H. Jika belum selesai bisa dilanjutkan pada pembelajaran hari berikutnya.

Peta konsep

Menulis Ringkasan dengan Bahasa Sendiri
Siswa kemudian merangkai pertanyaan dan jawaban dalam peta konsep menjadi kalimat dan paragraf dengan bahasa mereka sendiri.

Mengedit Tulisan
Sebelum tulisan diserahkan kepada guru, siswa mengeditnya baik ejaan kata maupun kalimat. Siswa biasanya menulis ulang tulisan agar lebih rapi.

Membacakan Tulisan di Depan Guru dan atau Menyerahkan ke Guru
Tulisan yang sudah diedit dan atau ditulis ulang kemudian di serahkan kepada guru dan atau siswa diminta membacakan di depan guru bersama 3-5 siswa dalam kelompok kecil. Kemudian guru memberikan masukan, pujian, dan koreksi. Masukan dan koreksi guru bisa dalam hal ejaan kata, kalimat, maupun isi bacaan.

Merevisi Tulisan
Siswa merevisi tulisan berdasarkan masukan dan koreksi dari guru.

Membacakan Tulisan di Depan Kelas
Beberapa siswa secara sukarela atau diundi membacakan tulisannya di depan kelas. Biasanya ada tanya jawab atau diskusi pendapat siswa yang lain jika bacaan yang diringkas sama satu kelas untuk memberi kesempatan siswa lain yang mungkin berbeda pendapat dalam menentukan poin-poin yang dianggap penting dalam sebuah teks.

Minggu, 28 Januari 2018

Pembelajaran Menulis Ringkasan Cerita Fiksi di SD Amerika



Seperti yang sudah saya sampaikan pada tulisan-tulisan sebelumnya bahwa mata pelajaran Menulis merupakan salah satu mata pelajaran pokok di SD Amerika selain pelajaran Matematika dan Membaca. Setiap hari ada pembelajaran menulis. Pada tulisan kali ini saya ingin berbagi cerita bagaimana tahapan pembelajaran menulis ringkasan (summary) untuk cerita fiksi di kelas 4. Pembelajaran menulis cerita fiksi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

Diskusi Bagaimana Membuat Ringkasan (Summarize)
Pembelajaran diawali dengan curah pikiran bagaimana menurut pendapat siswa cara membuat ringkasan cerita fiksi. Guru memimpin diskusi tersebut dan mencatat poin-poin penting atau kata kunci pendapat siswa. Guru kemudian membantu merangkum poin-poin pendapat siswa disesuaikan dengan teori cara membuat ringkasan cerita fiksi.
Berikut ini adalah poin-poin yang harus ada dalam ringkasan cerita fiksi:
Somebody, who are the main characters? (Siapa tokoh-tokoh utama dalam cerita?)
What, what did the characters want? (Apa yang diinginkan tokoh-tokoh utama?)
But, what problems or obstacles did they face? (Apa masalah atau rintangan yang mereka hadapi?)
So, how did they try to solve their problems? (Bagaimana mereka mencoba untuk menyelesaikan masalah tersebut?)
Then, what was the resolution? How did the story end? (Apa penyelesaian masalah tersebut? Bagaimana cerita berakhir?)
Dalam pembelajaran lain juga pernah disampaikan tentang poin-poin atau unsur-unsur lain dalam membuat ringkasan cerita fiksi, yaitu:
Character, who is in the story? (Tokoh utama, siapa yang ada dalam cerita?)
Setting, where does the story take palce? (Latar, di mana cerita terjadi?)
Problem (masalah yang dihadapi tokoh utama)
Solution (penyelesaian masalah)
Moral of the story (nilai-nilai yang terkandung dalam cerita)

Diskusi Membuat Ringkasan Cerita Fiksi
Guru membacakan sebuah cerita di depan kelas. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi mengidentifikasi poin-poin dalam cerita. Guru memberi contoh merangkai poin-poin cerita menjadi kalimat dan paragraf dengan bahasa sendiri menjadi ringkasan cerita.

Membaca Buku Cerita Fiksi dan Mengidentifikasi Poin-poin Cerita
Siswa memilih buku cerita fiksi yang disukai dari perpustakaan kelas, siswa juga diperbolehkan membawa buku dari rumah. Kegiatan selanjutnya siswa membaca buku tersebut tanpa bersuara sekitar 20 menit sambil mengidentifikasi dan mencatat poin-poin dalam cerita pada buku atau kertas rekat. Jika belum selesai bisa dilanjutkan pembelajaran berikutnya.

Merangkum Poin-poin dalam Cerita
Poin-poin dalam cerita yang sudah diidentifikasi kemudian dirangkum dan ditulis dalam tabel seperti berikut.


Who
What
But
So
Then






Siswa juga diperbolehkan menulis rangkuman poin-poin tidak menggunakan tabel, sesuai dengan kesukaan masing-masing siswa.

Merangkai Poin-poin Cerita Menjadi Kalimat dan Paragraf
Siswa kemudian merangkai poin-poin cerita menjadi kalimat dan paragraf dengan bahasa mereka sendiri.

Mengedit Tulisan
Sebelum ringkasan cerita diserahkan kepada guru, siswa mengedit tulisan baik ejaan kata maupun kalimat. Siswa biasanya menulis ulang tulisan agar lebih rapi.

Membacakan Tulisan di Depan Guru dan atau Menyerahkan ke Guru
Tulisan yang sudah diedit dan atau ditulis ulang kemudian di serahkan kepada guru dan atau siswa diminta membacakan di depan guru bersama 3-5 siswa dalam kelompok kecil. Kemudian guru memberikan masukan, pujian, dan koreksi. Masukan dan koreksi guru bisa dalam hal ejaan kata, kalimat, maupun poin-poin cerita.

Merevisi Tulisan
Siswa merevisi tulisan berdasarkan masukan dan koreksi dari guru.

Membacakan Cerita di Depan Kelas
Beberapa siswa secara sukarela atau diundi membacakan tulisannya di depan kelas.

Kegiatan membuat ringkasan ini terus dilakukan selama pembelajaran Membaca dan Menulis materinya masih tentang cerita fiksi.

Baca juga tulisan tentang: Pembelajaran Menulis Cerita Fiksi di SD Amerika

Minggu, 14 Januari 2018

Pembelajaran Matematika Pembagian dengan Sisa di SD Amerika


Pembagian dengan sisa (mathisfun.com)
Pembagian dengan sisa akan menghasilkan jawaban yang berbeda jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari walaupun angkanya sama. Berikut ini beberapa situasi dan cara menyelesaikan soal pembagian dengan sisa yang dipelajari di kelas 4 di sekolah tempat saya bekerja.

Situasi 1 (membagi siswa dalam kendaraan):

Siswa kelas 4 SD Tunas Harapan yang berjumlah 110 akan melakukan trip ke Gunung Purba Nglanggeran, Gunung Kidul. Sekolah akan menyewa beberapa bus untuk mengantar siswa untuk kegiatan ini. Setiap bus yang akan disewa mempunyai 20 tempat duduk. Berapa jumlah bus yang diperlukan?

110 : 20 = ?

110 = 100 + 10
100 : 20 = 5 sisa 10

5 bus bisa membawa 100 siswa, tetapi masih ada 10 siswa yang membutuhkan bus, maka sekolah perlu menyewa 6 bus agar semua siswa bisa berangkat.

Jawaban: jumlah bus yang diperlukan adalah 6.

Catatan: ketika siswa disuruh menjawab soal ini bisa juga muncul berbagai jawaban yang benar dan logis. Misalnya, jumlah bus yang diperlukan 5 karena 10 anak tetap bisa ikut dengan menambah kursi darurat atau berdiri. Mungkin juga ada yang menjawab, jumlah bis yang disewa 5 untuk membawa 100 siswa, sedangkan 10 siswa lainnya naik mobil guru.

Situasi 2 (membagi benda yang tidak sewajarnya dipotong):

Seorang guru ingin menghadiahi pensil dengan jumlah yang sama kepada 20 siswanya. Guru tersebut mempunyai 110 pensil. Berapa jumlah pensil yang diterima setiap siswa?

110 : 20 = 5 sisa 10

Bukan sebuah cara yang wajar memotong pensil sisanya kemudian diberikan kepada siswa, maka guru bisa menyimpan 10 pensil tersebut.

Jawaban: setiap siswa mendapatkan 5 pensil.

Situasi 3 (membagi uang):

Pada sebuah kegiatan market day di SD Sinar Bangsa, kelas 4 yang berjumlah 20 siswa berhasil menjual sejumlah barang dagangan mereka dan mendapatkan keuntungan Rp 110.000,00. Mereka ingin membagi keuntungan dengan jumlah yang sama. Berapa jumlah uang yang didapat setiap siswa?

110.000 : 20 = 5.000 sisa 10.000

Uang bisa dibagi menjadi nilai yang lebih kecil. Sisa Rp 10.000,00 bisa dibagi 20 menjadi Rp 500,00 sehingga setiap siswa mendapatkan Rp 5.500,00.

Jawaban: setiap siswa mendapatkan Rp 5.500,00.

Catatan: uang $110 cukup besar nilainya sehingga bisa dijadikan contoh soal dengan angka yang sama dengan soal-soal lainnya, tetapi Rp 110 terlalu kecil nilainya dan tidak masuk akal dijadikan contoh untuk perhitungan jumlah uang dalam kegiatan nyata sehari-hari.

Situasi 4 (membagi benda yang wajar dipotong):

Pada kegiatan kerja bakti sekolah setiap kelas mendapatkan 110 bungkus roti sebagai snack termasuk kelas 4 yang berjumlah 20 siswa. Berapa jumlah roti yang diterima setiap siswa?

110 : 20 = 5 sisa 10

Setiap siswa mendapatkan 5 bungkus roti. Kemudian 10 bungkus roti sisanya masing-masing bisa dibagi menjadi dua bagian. Sehingga setiap siswa mendapatkan tambahan setengah bagian roti.

Jawaban: setiap siswa mendapatkan 5 1/2 bungkus roti.

Catatan: ada kemungkinan jawaban siswa yang lain, misalnya sisa 10 bungkus roti diberikan kepada guru atau kelas lain yang jumlah siswanya lebih banyak. Setiap jawaban siswa yang masuk akal (mereka bisa menjelaskan alasannya) adalah benar.

Baca juga tulisan tentang: Pembelajaran Matematika Pembagian di SD Amerika