Pengalaman, Opini, dan Harapan

Tulisan Terbaru

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

Translate

Pages

PENULIS

Foto Saya
Mantan guru di SD Muh. Condongcatur, Yogyakarta, sekarang asisten guru di Becker Elementary School, Iowa, Amerika.

Tulisan Pilihan

Mengapa Guru di Amerika Mengajarkan Beberapa Cara untuk Menyelesaikan Soal Matematika?

Siswa di Amerika diajari oleh guru dengan beberapa cara untuk menyelesaikan soal Matematika, tidak hanya cara yang dianggap guru paling ...

Popular Posts

Minggu, 28 Oktober 2018

Pembelajaran Menulis Cerita Fiksi Nyata di SD Amerika


Pembelajaran menulis cerita fiksi nyata (realistic fiction) di kelas 4 merupakan kegiatan pertama mata pelajaran menulis. Kegiatan ini berlangsung dengan banyak tahapan dan memerlukan waktu yang lama, sekitar satu bulan. Setiap hari siswa membuat progres dalam proses penulisan ini.

Pembelajaran ini meliputi tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut: menulis momen kecil yang dialami siswa, diskusi tentang cerita fiksi nyata, membuat rencana cerita, membuat alur cerita, menulis cerita, mengecek kesesuaian antara cerita dengan sifat tokoh dan alur cerita, menambahkan detail cerita, mengecek tata bahasa, membaca tulisan teman dan memberikan pendapat, merevisi tulisan, menulis ulang dan mempublikasikan cerita.

Menulis Momen Kecil
Dalam kegiatan ini siswa menuliskan satu kejadian kecil yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya ketika mengunjungi rumah kakek nenek atau bermain dengan hewan peliharaan. Siswa menulis dalam satu atau beberapa paragraf sesuai dengan kejadian yang dialaminya.

Sabtu, 20 Oktober 2018

Pembelajaran Sains di SD Amerika


Seperti yang sudah saya tulis di tulisan-tulisan sebelumnya bahwa Sains dan Social Studies (Ilmu Pengetahuan Sosial) merupakan mata pelajaran konten yang mendapatkan porsi waktu lebih sedikit dibandingkan dengan mata pelajaran pokok (Matematika, Membaca, dan Menulis). Tetapi lebih banyak jika dibandingkan dengan mata pelajaran spesial (olah raga, musik, media/komputer, dan art). Dalam sehari ada satu jam pelajaran konten dan satu pelajaran spesial. Sedangkan pelajaran pokok ada setiap hari dengan porsi masing-masing dua jam pelajaran.

Karena hanya ada satu mata pelajaran konten setiap harinya, biasanya guru membagi jadwal antara sains dan ilmu pengetahuan sosial setiap dua minggu. Dua minggu pertama untuk pembelajaran sains dan dua minggu berikutnya untuk pelajaran IPS.

Pembelajaran sains dilakukan lebih pada kegiatan pembelajaran praktik melakukan sesuatu kegiatan atau percobaan dan diskusi. Pembelajaran juga diintegrasikan dengan pendidikan karakter khususnya The 7 Habits. Siswa tidak mempunyai buku catatan sains maupun IPS, biasanya siswa diberi buku workbook, semacam buku lembar kerja. Workbook bisa dari penerbit, kerjasama dengan universitas, instansi lain yang berhubungan dengan sains ataupun buatan guru sesuai dengan kebijakan district.

Satu sisi uang koin

Sisi lain uang koin
Sebagai contoh untuk kegiatan atau praktik di kelas 4 adalah membandingkan dua mata uang koin 1 cent (penny) yang berbeda tahun keluaran, mengidentifikasi sumber-sumber energi di sekitar, membandingkan antara bentuk dan fungsi bagian-bagian tubuh tumbuhan dan hewan, serta praktik menanam beberapa biji dan mengamati pertumbuhannya.
Kegiatan membandingkan dua mata uang koin pennies bertujuan untuk melatih siswa cara melakukan pengamatan terhadap obyek sains dan mempersiapkan siswa untuk kegiatan pembelajaran sains selanjutnya yang akan banyak berkaitan dengan pengamatan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data dan menyampaikan pendapat/diskusi. Kegiatan ini diawali dengan guru memberikan siswa masing-masing dua pennies, kemudian siswa diminta mengamati keduanya. Selanjutnya siswa mencatat di buku workbook tentang hal-hal yang hanya ada pada mata uang pertama dan kedua serta pada kedua mata uang. Workbook dibuat dan disediakan oleh district bekerjasama dengan University of Northern Iowa (UNI). Proses pembelajaran selanjutnya adalah diskusi pada kelompok kecil untuk saling bertukar pendapat hasil pengamatan dan dilanjutkan diskusi kelas membahas tentang hasil diskusi kecil. Guru membantu diskusi kelas sampai mendapatkan kesimpulan serta penekanan tentang bagaimana pengamatan obyek sains yang baik, pengumpulan data sampai membuat kesimpulan. Tidak lupa guru mengingatkan untuk mengembalikan koin uang pada tempatnya sambil menyinggung tentang The 7 Habits. Pembelajaran tidak hanya dilakukan dalam satu atau dua pertemuan saja tetapi beberapa pertemuan.

Pembelajaran tentang sumber-sumber energi di sekitar mengunakan booklet yang disediakan instansi lain (saya lupa namanya). Dalam booklet sudah terdapat informasi tentang sumber-sumber energi serta kegiatan pembelajaran. Kegiatan banyak diskusi karena materi merupakan hal-hal yang ada dan digunakan setiap hari. Sumber-sumber energi fokus yang dihasilkan dan atau digunakan di state Iowa, misalnya sumber energi yang berupa makanan berupa jagung, kedelai, sapi, ayam, dan babi. Contoh lainnya sumber energi fosil dan angin. Di Iowa banyak kincir angin untuk menghasilkan listrik. Pembelajaran sains juga diintegrasikan dengan pembelajaran menulis membuat ringkasan bacaan non fiksi. Siswa membuat ringkasan dari bacaan tentang sumber-sumber energi di sekitar. Silakan baca bagaimana cara membuat ringkasan bacaan non fiksi di sini.

Hubungan antara bentuk dan fungsi bagian-bagian hewan dan tumbuhan dilakukan dengan pembelajaran dengan banyak pengamatan gambar dan video struktur bagian tumbuhan dan hewan kemudian diskusi dengan panduan workbook dari district dan UNI. Untuk guru ada buku panduan pembelajarannya. Dalam workbook ada lembar kerja berupa sedikit materi pengantar, gambar perbandingan struktur bagian-bagian tumbuhan-tumbuhan dan hewan-hewan tertentu, tabel atau bagan untuk menulis hasil pengamatan/data dan pertanyaan-pertanyaan lanjutan yang menantang atau membuat siswa berpikir atau mencari informasi yang lebih lengkap/dalam.

Gambar otak dan fungsinya

Gambar indera kelelawar
Kegiatan menanam biji dilakukan saat musim semi. Siswa diberi 4-5 biji kemudian ditanam di bekas minuman mineral dengan media tanah. Biji diletakkan dekat jendela yang mendapat cahaya matahari cukup. Guru juga menanam biji dan meletakkannya di pojok kelas yang sedikit mendapat cahaya. Perlu diketahui bahwa kelas-kelas di Amerika gelap jika tidak ada cahaya lampu. Cahaya matahari dari jendela tidak cukup untuk menerangi kelas. Masing-masing siswa bertanggung jawab untuk memberi air setiap 2 hari sekali dan mengamati pertumbuhan setiap minggu. Siswa mengukur tinggi kecambah masing-masing. Guru bertanggung terhadap kecambah yang sedikit cahaya baik menyirami maupun mengukur tinggi kecambah. Siswa mencatat data di workbook. Ada juga biji yang tidak tumbuh. Setelah sekitar 1,5 bulan kemudian diadakan diskusi kelas tentang pertumbuhan kecambah, baik yang mendapat cukup cahaya maupun kurang cahaya. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan kecambah. Mengapa ada biji yang tidak tumbuh? Mengapa berbeda-beda ketinggian kecambah? Apa yang terjadi jika ada siswa yang lupa menyirami beberapa hari?

Sabtu, 13 Oktober 2018

Bagaimana Agar Siswa Mendengarkan Guru dan Mendengarkan Siswa Bicara


Tulisan ini merupakan ringkasan dan terjemahan bebas yang disesuaikan dengan konteks Indonesia dari artikel berjudul "How To Talk So Students Listen and Listen So Students Talk" oleh Adele Faber dan Elaine Mazlish yang artikel aslinya dipublikasikan di American Educator pada musim panas tahun 1987. Walaupun artikel ini telah diterbitkan lebih dari 30 tahun yang lalu tetapi isinya masih relevan dan bisa diterapkan oleh guru atau orang tua dalam konteks sekarang. Adele Faber dan Elaine Mazlish adalah penulis buku "How To Talk So Kids Will Listen & Listen So Kids Will Talk" dan  "How To Talk So Teens Will Listen & Listen So Teens Will Talk".

Buku karya penulis
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar siswa mendengarkan apa yang guru sampaikan atau perintahkan dan cara mendengarkan sehingga siswa mau berbicara, yaitu:

Mengenali Perasaan/Emosi Siswa
Mengenali perasaan atau emosi siswa memudahkan siswa untuk mengungkapkan dengan kata-kata apa yang terjadi dan dia rasakan sehingga memudahkan guru untuk membantu siswa menyelesaikan masalahnya sendiri.
Berikut ini contoh perbandingan dialog hal yang biasa dilakukan guru (dialog 1) dan dialog dengan mengenali perasaan siswa (dialog 2):

Dialog 1:
Siswa: "Aku tidak bisa mengerjakan soal Matematika!"
Guru: "Sebenarnya kamu bisa. Mungkin kamu tidak belajar sebelum ulangan!"

Dialog 2:
Siswa: "Aku tidak bisa mengerjakan soal Matematika!"
Guru: "Kamu kesulitan mengerjakan soal pembagian?"

Dialog 1:
Siswa: "Lukisanku jelek!"
Guru: "Tidak masalah. Itu lukisan yang bagus."

Dialog 2:
Siswa: "Lukisanku jelek!"
Guru: "Oh, kamu tidak puas dengan caramu melukis."

Dialog 1:
Siswa: "Aku tidak mau duduk semeja lagi dengan Anto."
Guru: "Kamu harus duduk dengan Anto karena urutannya begitu, minggu depan juga akan berganti teman."

Dialog 2:
Siswa: "Aku tidak mau duduk semeja lagi dengan Anto."
Guru: "Kamu kelihatannya marah sama Anto. Apakah dia melakukan sesuatu yang membuatmu kesal?"

Ilustrasi mengenali perasaan siswa
Menjelaskan Masalah yang Terjadi
Ketika siswa tidak mengerjakan apa yang seharusnya menjadi tugasnya, maka pertama kali yang dilakukan guru adalah menyuruh siswa mengerjakannya. Tetapi seringnya siswa semakin menolak untuk mengerjakan tugasnya karena mungkin tidak tahu bagaimana cara mengerjakannya atau apa masalahnya. Jika guru menjelaskan apa yang sebaiknya dilakukan siswa atau masalah yang terjadi, maka siswa akan memulai mengerjakan tugasnya.
Berikut perbandingan perintah guru (pernyataan 1) dan penjelasan guru tentang masalah yang terjadi (pernyataan 2):

Pernyataan 1:
"Kamu adalah petugas penyiram tanaman. Kamu lupa menyiraminya kemarin. Sirami sekarang!"

Pernyataan 2:
"Tanamannya layu, kelihatannya perlu air."

Pernyataan 1:
"Berhenti menggumam, kamu baru mengerjakan setengah tes. Jika kamu tidak menyelesaikan semua soal, kamu akan mendapat nilai jelek."

Pernyataan 2:
"Kamu telah mengerjakan setengah tes. Tinggal 10 soal lagi kamu akan selesai."

Pernyataan 1:
"Kamu tidak bisa menjaga mulutmu. Berapa kali saya ingatkan untuk tidak teriak."

Pernyataan 2:
"Saya mendengar sebuah jawaban, tetapi saya tidak melihat seorangpun yang angkat tangan."

Memberikan Informasi Tanpa Melukai Perasaan
Ketika siswa berbuat sesuatu yang tidak baik hal itu merupakan kesempatan guru untuk memberi informasi yang mungkin siswa belum tahu. Informasi sebaiknya dengan pernyataan yang singkat dan tanpa melukai perasaan siswa.
Berikut contoh pernyataannya:

Pernyataan 1:
Ketika siswa melipat buku bacaan baru ke belakang, guru mengatakan:
"Anak-anak, ketika kalian melipat buku ke belakang hal itu bisa merusak jilidannya."

Pernyataan 2:
Seorang siswa sering lupa menutup spidol, guru mengatakan:
"Ryan, tinta spidol akan mengering dan tidak bisa untuk menulis jika tidak tertutup setelah digunakan."

Pernyataan 3:
Seorang siswa menggunakan penggaris untuk memukul temannya, guru bisa bilang:
"Penggaris untuk mengukur panjang atau tinggi, bukan untuk memukul teman."

Peryataan 4:
Ketika siswa sedang mengadu atau menceritakan sebuah kejadian guru mendengarkan tanpa emosi dan bilang:
"Oh," atau "Okay,"

Menawarkan Pilihan
Memberikan pilihan membuat siswa lebih mudah memutuskan dan bertanggung jawab terhadap pilihannya.
Berikut ini beberapa contoh peristiwa di kelas:

Pada hari Senin seorang guru bahasa Inggris mengumumkan kepada siswanya tentang persiapan ulangan vocabulary pada hari Jumat:
"Kalian lebih suka mana, belajar 8 kata baru hanya hari ini atau 2 kata setiap hari?"

Seorang guru kelas 5 mengumumkan persiapan ulangan Matematika tentang pecahan dan desimal:
"Anak-anak, untuk persiapan ulangan pecahan dan desimal minggu depan, hari ini kita akan latihan soal selama 15 menit. Bagi yang merasa perlu latihan pecahan bisa mengerjakan soal di buku latihan halaman 33, sedangkan bagi yang merasa perlu latihan desimal silakan mengerjakan soal halaman 44."

Mengatakan dengan Satu Kata
Mengingatkan suatu hal kepada siswa hanya menggunakan satu kata yang siswa sudah tahu maksudnya akan lebih efektif daripada menggunakan kalimat panjang yang justru bisa membuat siswa tidak suka atau malu.
Berikut contoh perbandingan pernyataan dengan kalimat panjang (pernyataan 1) dan hanya satu kata (pernyataan 2):

Pernyataan 1:
"Hary, ini ketigakalinya saya mengingatkan kamu untuk melepas topi ketika masuk kelas. Kamu sibuk ngobrol dengan teman-temanmu sehingga lupa melepas topimu."

Pernyataan 2:
"Hary, topi."

Ilustrasi mengatakan dengan satu kata
Memberikan Pujian dan Mendeskripsikannya
Ketika siswa melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan, berikan pujian dan deskripsikan apa yang sudah dicapai siswa tersebut supaya termotivasi untuk melanjutkan atau tetap melakukannya di lain waktu. Deskripsi pujian terhadap pencapaian siswa sekecil apapun akan membuat siswa menghargai usahanya dan terus mencoba untuk melanjutkannya. Pujian dengan kata "bagus", "pintar" dan sejenisnya tanpa deskripsi apa yang sudah dicapai hanya akan memberikan efek motivasi sesaat tetapi kurang memberikan motivasi untuk meneruskan atau melakukannya lagi.
Berikut adalah contoh pujian kepada siswa:

Nisa belum bisa mengerjakan perkalian 5 x 12. Guru bisa memberikan motivasi dengan pernyataan:
"Nisa, kamu sudah tahu hasil dari 5 x 10, kamu tinggal menambahkan dengan hasil dari 5 x 2."

Ketika siswa bekerja baik saat eksperimen sains, guru bisa memberika pujian:
"Kerja kalian sangat bagus. Kalian berhasil melakukan eksperimen, mencatat semua data, membersihkan meja dan mengembalikan alat-alat praktikum ke almari."

Mendeskripsikan Apa yang Guru Rasakan
Hal yang sama ketika guru membantu siswa untuk mendeskripsikan emosi atau perasaannya, guru juga perlu mendeskripsikan emosi atau perasaannya agar siswa bisa memahaminya. Mendeskripsikan emosi-misalnya marah- dapat mengurangi kemarahan dan menjadikan contoh bagi siswa bagaimana mengungkapkan kemarahan tanpa melukai. Hal ini membuat siswa mau mendengarkan apa yang guru katakan.
Berikut contoh perbedaan cara mengungkapkan emosi yang menyakitkan (pernyataan 1) dan mendeskripsikan (pernyataan 2):

Pernyataan 1:
"Kamu sangat tidak sopan, selalu memotong penjelasan saya!"

Pernyataan 2:
"Itu membuat saya kesal ketika saya sedang memulai penjelasan dan tidak sampai selesai."

Pernyataan 1:
"Apa yang salah dengan kelas ini? Mengapa tidak ada yang menyiapkan buku di meja. Bagaimana kalian bisa belajar kalau tidak siap dengan buku?"

Pernyataan 2:
"Saya menjadi tidak sabar ketika kalian belum mengerjakan tugas dengan baik. Saya suka melihat semua sudah siap mengikuti pelajaran dengan buku di meja ketika bell berbunyi."

Pernyataan 1:
"Bagaimana bisa kalian sangat tidak sopan. Itu adalah perbuatan yang sangat buruk menertawakan kesalahan orang lain."

Pernyataan 2:
"Itu membuat saya sedih melihat kalian menertawakan kesalahan orang lain. Saya berharap semua siswa di sini memperlakukan orang lain dengan penuh hormat."

Membuat Tulisan
Sangat sering tulisan dapat menggantikan dengan baik suara yang meninggi (kemarahan). Seorang guru mempunyai siswa yang selalu langsung menjawab pertanyaan guru tanpa mengangkat tangan terlebih dahulu ataupun memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk mengungkapkan pendapatnya. Mengatakan "Tunggu sampai saya mempersilakan kamu" tidak begitu ada efeknya. Suatu hari guru mendekati siswa tersebut dan memberikan selembar kertas terlipat. Dia pun membuka kertas dan membaca tulisan di dalamnya. Mulai hari itu dia selalu mengangkat tangan sebelum berpendapat dan memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk berpendapat. Kertas itu berisi tulisan:

           Ketika kamu ingin menunjukkan bahwa kamu telah paham, angkat tanganmu.

Seorang siswa sering terlambat mengumpulkan tugas atau PR. Akhirnya gurunya menulis surat yang dikirim lewat pos ke rumah. Surat itu berbunyi:

           Dear Nurul,
           Tugas-tugas berikut paling lambat dikumpulkan tanggal 22, 24, dan 27 Oktober.
           Tolong beritahu saya jika kamu sudah siap mengumpulkannya.
           Saya menunggu balasanmu.

           Dengan hormat,
           Bu Ani

Selesaikan Masalah Bersama
Banyak masalah kelas yang membuat sedih, marah bercampur aduk tidak bisa diselesaikan dengan sebuah kata, kalimat dan tulisan. Masalah yang rumit dan kompleks membutuhkan penyelesaian bersama dan bertahap. Masalah bisa melibatkan satu siswa, beberapa ataupun seluruh kelas. Penyelesaian masalah bisa dimulai dengan mendengarkan emosi atau perasaan siswa, biarkan siswa mengekspresikan emosinya kemudian ajak siswa untuk bersama-sama menyelesaikan masalah.

Catatan:
Cara-cara di atas tidak selalu berhasil untuk setiap siswa dan tidak selalu efektif setiap waktu. Oleh karena itu sebaiknya dicoba disesuaikan dengan keadaan dan sifat-sifat siswa. Cara-cara ini setidaknya menciptakan semangat komunikasi yang menghormati siswa atau orang lain sehingga diharapkan mereka tumbuh dengan baik.