Pengalaman, Opini, dan Harapan

Tulisan Terbaru

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

Translate

Pages

PENULIS

Foto Saya
Mantan guru di SD Muh. Condongcatur, Yogyakarta, sekarang asisten guru di Becker Elementary School, Iowa, Amerika.

Tulisan Pilihan

Mengapa Guru di Amerika Mengajarkan Beberapa Cara untuk Menyelesaikan Soal Matematika?

Siswa di Amerika diajari oleh guru dengan beberapa cara untuk menyelesaikan soal Matematika, tidak hanya cara yang dianggap guru paling ...

Popular Posts

Sabtu, 13 Oktober 2018

Bagaimana Agar Siswa Mendengarkan Guru dan Mendengarkan Siswa Bicara


Tulisan ini merupakan ringkasan dan terjemahan bebas yang disesuaikan dengan konteks Indonesia dari artikel berjudul "How To Talk So Students Listen and Listen So Students Talk" oleh Adele Faber dan Elaine Mazlish yang artikel aslinya dipublikasikan di American Educator pada musim panas tahun 1987. Walaupun artikel ini telah diterbitkan lebih dari 30 tahun yang lalu tetapi isinya masih relevan dan bisa diterapkan oleh guru atau orang tua dalam konteks sekarang. Adele Faber dan Elaine Mazlish adalah penulis buku "How To Talk So Kids Will Listen & Listen So Kids Will Talk" dan  "How To Talk So Teens Will Listen & Listen So Teens Will Talk".

Buku karya penulis
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar siswa mendengarkan apa yang guru sampaikan atau perintahkan dan cara mendengarkan sehingga siswa mau berbicara, yaitu:

Mengenali Perasaan/Emosi Siswa
Mengenali perasaan atau emosi siswa memudahkan siswa untuk mengungkapkan dengan kata-kata apa yang terjadi dan dia rasakan sehingga memudahkan guru untuk membantu siswa menyelesaikan masalahnya sendiri.
Berikut ini contoh perbandingan dialog hal yang biasa dilakukan guru (dialog 1) dan dialog dengan mengenali perasaan siswa (dialog 2):

Dialog 1:
Siswa: "Aku tidak bisa mengerjakan soal Matematika!"
Guru: "Sebenarnya kamu bisa. Mungkin kamu tidak belajar sebelum ulangan!"

Dialog 2:
Siswa: "Aku tidak bisa mengerjakan soal Matematika!"
Guru: "Kamu kesulitan mengerjakan soal pembagian?"

Dialog 1:
Siswa: "Lukisanku jelek!"
Guru: "Tidak masalah. Itu lukisan yang bagus."

Dialog 2:
Siswa: "Lukisanku jelek!"
Guru: "Oh, kamu tidak puas dengan caramu melukis."

Dialog 1:
Siswa: "Aku tidak mau duduk semeja lagi dengan Anto."
Guru: "Kamu harus duduk dengan Anto karena urutannya begitu, minggu depan juga akan berganti teman."

Dialog 2:
Siswa: "Aku tidak mau duduk semeja lagi dengan Anto."
Guru: "Kamu kelihatannya marah sama Anto. Apakah dia melakukan sesuatu yang membuatmu kesal?"

Ilustrasi mengenali perasaan siswa
Menjelaskan Masalah yang Terjadi
Ketika siswa tidak mengerjakan apa yang seharusnya menjadi tugasnya, maka pertama kali yang dilakukan guru adalah menyuruh siswa mengerjakannya. Tetapi seringnya siswa semakin menolak untuk mengerjakan tugasnya karena mungkin tidak tahu bagaimana cara mengerjakannya atau apa masalahnya. Jika guru menjelaskan apa yang sebaiknya dilakukan siswa atau masalah yang terjadi, maka siswa akan memulai mengerjakan tugasnya.
Berikut perbandingan perintah guru (pernyataan 1) dan penjelasan guru tentang masalah yang terjadi (pernyataan 2):

Pernyataan 1:
"Kamu adalah petugas penyiram tanaman. Kamu lupa menyiraminya kemarin. Sirami sekarang!"

Pernyataan 2:
"Tanamannya layu, kelihatannya perlu air."

Pernyataan 1:
"Berhenti menggumam, kamu baru mengerjakan setengah tes. Jika kamu tidak menyelesaikan semua soal, kamu akan mendapat nilai jelek."

Pernyataan 2:
"Kamu telah mengerjakan setengah tes. Tinggal 10 soal lagi kamu akan selesai."

Pernyataan 1:
"Kamu tidak bisa menjaga mulutmu. Berapa kali saya ingatkan untuk tidak teriak."

Pernyataan 2:
"Saya mendengar sebuah jawaban, tetapi saya tidak melihat seorangpun yang angkat tangan."

Memberikan Informasi Tanpa Melukai Perasaan
Ketika siswa berbuat sesuatu yang tidak baik hal itu merupakan kesempatan guru untuk memberi informasi yang mungkin siswa belum tahu. Informasi sebaiknya dengan pernyataan yang singkat dan tanpa melukai perasaan siswa.
Berikut contoh pernyataannya:

Pernyataan 1:
Ketika siswa melipat buku bacaan baru ke belakang, guru mengatakan:
"Anak-anak, ketika kalian melipat buku ke belakang hal itu bisa merusak jilidannya."

Pernyataan 2:
Seorang siswa sering lupa menutup spidol, guru mengatakan:
"Ryan, tinta spidol akan mengering dan tidak bisa untuk menulis jika tidak tertutup setelah digunakan."

Pernyataan 3:
Seorang siswa menggunakan penggaris untuk memukul temannya, guru bisa bilang:
"Penggaris untuk mengukur panjang atau tinggi, bukan untuk memukul teman."

Peryataan 4:
Ketika siswa sedang mengadu atau menceritakan sebuah kejadian guru mendengarkan tanpa emosi dan bilang:
"Oh," atau "Okay,"

Menawarkan Pilihan
Memberikan pilihan membuat siswa lebih mudah memutuskan dan bertanggung jawab terhadap pilihannya.
Berikut ini beberapa contoh peristiwa di kelas:

Pada hari Senin seorang guru bahasa Inggris mengumumkan kepada siswanya tentang persiapan ulangan vocabulary pada hari Jumat:
"Kalian lebih suka mana, belajar 8 kata baru hanya hari ini atau 2 kata setiap hari?"

Seorang guru kelas 5 mengumumkan persiapan ulangan Matematika tentang pecahan dan desimal:
"Anak-anak, untuk persiapan ulangan pecahan dan desimal minggu depan, hari ini kita akan latihan soal selama 15 menit. Bagi yang merasa perlu latihan pecahan bisa mengerjakan soal di buku latihan halaman 33, sedangkan bagi yang merasa perlu latihan desimal silakan mengerjakan soal halaman 44."

Mengatakan dengan Satu Kata
Mengingatkan suatu hal kepada siswa hanya menggunakan satu kata yang siswa sudah tahu maksudnya akan lebih efektif daripada menggunakan kalimat panjang yang justru bisa membuat siswa tidak suka atau malu.
Berikut contoh perbandingan pernyataan dengan kalimat panjang (pernyataan 1) dan hanya satu kata (pernyataan 2):

Pernyataan 1:
"Hary, ini ketigakalinya saya mengingatkan kamu untuk melepas topi ketika masuk kelas. Kamu sibuk ngobrol dengan teman-temanmu sehingga lupa melepas topimu."

Pernyataan 2:
"Hary, topi."

Ilustrasi mengatakan dengan satu kata
Memberikan Pujian dan Mendeskripsikannya
Ketika siswa melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan, berikan pujian dan deskripsikan apa yang sudah dicapai siswa tersebut supaya termotivasi untuk melanjutkan atau tetap melakukannya di lain waktu. Deskripsi pujian terhadap pencapaian siswa sekecil apapun akan membuat siswa menghargai usahanya dan terus mencoba untuk melanjutkannya. Pujian dengan kata "bagus", "pintar" dan sejenisnya tanpa deskripsi apa yang sudah dicapai hanya akan memberikan efek motivasi sesaat tetapi kurang memberikan motivasi untuk meneruskan atau melakukannya lagi.
Berikut adalah contoh pujian kepada siswa:

Nisa belum bisa mengerjakan perkalian 5 x 12. Guru bisa memberikan motivasi dengan pernyataan:
"Nisa, kamu sudah tahu hasil dari 5 x 10, kamu tinggal menambahkan dengan hasil dari 5 x 2."

Ketika siswa bekerja baik saat eksperimen sains, guru bisa memberika pujian:
"Kerja kalian sangat bagus. Kalian berhasil melakukan eksperimen, mencatat semua data, membersihkan meja dan mengembalikan alat-alat praktikum ke almari."

Mendeskripsikan Apa yang Guru Rasakan
Hal yang sama ketika guru membantu siswa untuk mendeskripsikan emosi atau perasaannya, guru juga perlu mendeskripsikan emosi atau perasaannya agar siswa bisa memahaminya. Mendeskripsikan emosi-misalnya marah- dapat mengurangi kemarahan dan menjadikan contoh bagi siswa bagaimana mengungkapkan kemarahan tanpa melukai. Hal ini membuat siswa mau mendengarkan apa yang guru katakan.
Berikut contoh perbedaan cara mengungkapkan emosi yang menyakitkan (pernyataan 1) dan mendeskripsikan (pernyataan 2):

Pernyataan 1:
"Kamu sangat tidak sopan, selalu memotong penjelasan saya!"

Pernyataan 2:
"Itu membuat saya kesal ketika saya sedang memulai penjelasan dan tidak sampai selesai."

Pernyataan 1:
"Apa yang salah dengan kelas ini? Mengapa tidak ada yang menyiapkan buku di meja. Bagaimana kalian bisa belajar kalau tidak siap dengan buku?"

Pernyataan 2:
"Saya menjadi tidak sabar ketika kalian belum mengerjakan tugas dengan baik. Saya suka melihat semua sudah siap mengikuti pelajaran dengan buku di meja ketika bell berbunyi."

Pernyataan 1:
"Bagaimana bisa kalian sangat tidak sopan. Itu adalah perbuatan yang sangat buruk menertawakan kesalahan orang lain."

Pernyataan 2:
"Itu membuat saya sedih melihat kalian menertawakan kesalahan orang lain. Saya berharap semua siswa di sini memperlakukan orang lain dengan penuh hormat."

Membuat Tulisan
Sangat sering tulisan dapat menggantikan dengan baik suara yang meninggi (kemarahan). Seorang guru mempunyai siswa yang selalu langsung menjawab pertanyaan guru tanpa mengangkat tangan terlebih dahulu ataupun memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk mengungkapkan pendapatnya. Mengatakan "Tunggu sampai saya mempersilakan kamu" tidak begitu ada efeknya. Suatu hari guru mendekati siswa tersebut dan memberikan selembar kertas terlipat. Dia pun membuka kertas dan membaca tulisan di dalamnya. Mulai hari itu dia selalu mengangkat tangan sebelum berpendapat dan memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk berpendapat. Kertas itu berisi tulisan:

           Ketika kamu ingin menunjukkan bahwa kamu telah paham, angkat tanganmu.

Seorang siswa sering terlambat mengumpulkan tugas atau PR. Akhirnya gurunya menulis surat yang dikirim lewat pos ke rumah. Surat itu berbunyi:

           Dear Nurul,
           Tugas-tugas berikut paling lambat dikumpulkan tanggal 22, 24, dan 27 Oktober.
           Tolong beritahu saya jika kamu sudah siap mengumpulkannya.
           Saya menunggu balasanmu.

           Dengan hormat,
           Bu Ani

Selesaikan Masalah Bersama
Banyak masalah kelas yang membuat sedih, marah bercampur aduk tidak bisa diselesaikan dengan sebuah kata, kalimat dan tulisan. Masalah yang rumit dan kompleks membutuhkan penyelesaian bersama dan bertahap. Masalah bisa melibatkan satu siswa, beberapa ataupun seluruh kelas. Penyelesaian masalah bisa dimulai dengan mendengarkan emosi atau perasaan siswa, biarkan siswa mengekspresikan emosinya kemudian ajak siswa untuk bersama-sama menyelesaikan masalah.

Catatan:
Cara-cara di atas tidak selalu berhasil untuk setiap siswa dan tidak selalu efektif setiap waktu. Oleh karena itu sebaiknya dicoba disesuaikan dengan keadaan dan sifat-sifat siswa. Cara-cara ini setidaknya menciptakan semangat komunikasi yang menghormati siswa atau orang lain sehingga diharapkan mereka tumbuh dengan baik.

2 komentar:

  1. Alhamdulillah, bagus bangets
    Mengubah kebiasaan Kita dari sudut pandang Dan kalimat negatif ke positif Pak
    Dan nilai nilai yg mulia bagi anak sekaligus Kita endiri

    BalasHapus
  2. Terima kasih, Bu. Senang bisa bermanfaat. :-)

    BalasHapus